Boleh percaya atau tidak, ketika Anda sedang dalam kondisi menganggur, akan sering muncul pertanyaan seperti ini: "Sekarang kau kerja di mana?"
Terjadi juga pada diri saya (zaman menganggur dulu), bahkan hampir sepanjang waktu saat bertemu orang atau teman. Apakah mereka tahu saya tak punya pekerjaan kala itu, atau sekadar penasaran, entahlah.Â
Tapi yang pasti saya sangat terganggu, karena perkara semacam pekerjaan dan sejenisnya itu bukan konsumsi publik, kecuali mereka tak sengaja bertemu saya ketika sedang bekerja. Tak masalah.
Saya lima puluh persen setuju bahwa kita sedang bekerja atau tidak adalah hal privat. Sisa persen-nya disebabkan ada makhluk-makhluk yang mengaku tidak masalah jika ada orang lain menanyakan-nya.Â
Ini biasanya terjadi pada individu yang memiliki pekerjaan yang superior (gaji tinggi, berpangkat, disukai calon mertua, dan lain-lain). Jadi kalau saya bilang seluruhnya tidak setuju, nanti "orang-orang kuat" ini akan membacot: "Aku tak masalah kalau ditanya, tuh!"
Namun saya seratus persen tidak setuju seandainya ada orang menanyakan hal tersebut murni untuk adu status sosial. Waspadalah, tipe manusia seperti ini ada di sekitar kita.
Kebanyakan pertanyaan itu diajukan, dalam perspektif saya, adalah suatu metode untuk memastikan bagaimana seharusnya seorang individu memperlakukan sesamanya.Â
Kalau ternyata pekerjaan-nya bagus, ia akan menghormatinya, kalau sebaliknya, maka ia akan melupakan respek yang harus diberikan kepada siapa saja yang pantas tanpa melihat apa pekerjaan-nya.
Menurut Alina Dizik, dalam artikelnya "Why You Shouldn't Ask People What They Do", yang diterbitkan oleh bbc(dot)com pada tanggal 11 Agustus 2016: "Retaining a distinct identity causes less grief during job loss, creates more authentic connection outside of the office and helps people feel more respected even when away from powerful job."
Bahasa jalanan-nya kira-kira begini: "Identitas yang terpisah dari pekerjaan dapat mengurangi kesedihan ketika menganggur, dan dapat membuat hubungan yang lebih asli di luar kantor, sehingga membantu orang-orang merasa lebih dihormati bahkan ketika mereka tidak memiliki pekerjaan yang bergengsi."