Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanyakan Pekerjaan Orang Lain adalah Kebodohan

17 Februari 2023   10:36 Diperbarui: 17 Februari 2023   10:39 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com 

Tapi mau bagaimana lagi, di negara ini pekerjaan yang "kuat" merupakan satu faktor umpan bagi seorang pria untuk menggaet wanita dan mencari dukungan dari calon mertuanya. Salah? Tidak juga, sebagian masyarakat kita memang begitu. Karena di lain pihak, hal tersebut cukup masuk akal. Namun yang namanya cinta, harusnya menjadi kaya bersama-sama, bukan satu di antaranya banyak harta duluan.

Kenapa jadi bicara cinta, nih? Hahahahhahah.

Carolyn Gregoire, dalam artikel "Want to Kill a Conversation? Ask Someone What They Do" yang diterbitkan oleh huffpost(dot)com pada tanggal 30 Oktober 2013, menyatakan ketika kita menanyakan pekerjaan orang lain berarti kita sedang jatuh ke dalam sesuatu yang tidak baik.

"While the inquiry might seem harmless, it perpetuates a dangerous habit: the tendency to associate who we are with what we do," jelas Gregoire dalam artikel tersebut.

Terjemahan jalanan-nya kurang lebih seperti ini: "Meski pertanyaan tersebut tampak tidak berbahaya, namun hal itu melanggengkan kebiasaan yang berbahaya: kecenderungan untuk berteman hanya kepada seseorang dengan yang sebanding dengan dirinya."

Dalam pandangan saya, sebagian masyarakat Indonesia kesulitan memisahkan identitas kerja dengan dirinya sebagai pribadi, bahkan ketika ia telah pensiun lama. Sayang sekali.

Sebagian dari kita dibesarkan dalam kultur yang menyebutkan bahwa segala sesuatu didasarkan oleh kesuksesan pekerjaan, akan menilai seseorang berdasarkan pekerjaan pula. 

Misalnya ada seorang penjual kopi keliling, maka beberapa orang di antara kita akan memberikan sedikit saja respek terhadapnya dibandingkan jika kita bertemu dengan orang-orang yang digaji oleh negara. Apakah penjual kopi tersebut bodoh atau tidak cerdas? Belum tentu. Itu hanya masalah rezeki.

Setiap masa ada orangnya, setiap masa ada orangnya.

Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman dalam surah Ath-Thalaq, ayat 2-3: "Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."

Maka, untuk apalah menyombongkan perkara dunia kepada sesama, padahal kita-kita ini hakikatnya hanya diberi oleh Sang Maha Kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun