Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tamatlah Riwayat Sastrawan

9 Agustus 2022   09:10 Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:14 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com 

Ia tak lagi menyentuh buku-buku sastra kecuali hanya untuk kepentingan kenaikan pangkatnya di kantor. Tamat sudah tak merasa perlu memperjuangkan lingkungan sastra yang sehat di Ponville, karena baginya itu sudah selesai.

Prinsipnya bahwa Tamat sudah cukup berjuang, sekaranglah saatnya menikmati hidup. Tanpa ia sadari, perjuangannya selama ini sekadar supaya hidup nyaman. Sejak awal ia tak pernah peduli soal sastra. Itu hanya sebuah cara menyembunyikan maksud yang benar-benar tak berani diungkapkan-nya. Munafik kalau kata orang-orang dulu.

Suatu hari sepucuk surat mendarat di meja kerja Tamat, pengirimnya adalah Varlo, seseorang yang dulu berbaik hati memberi diskon untuk pencetakan buku-bukunya. Tamat agak merasa kesal ketika membaca tulisan pendek pada secarik kertas buram itu.

"Apakah Anda sudah kenyang? Oh, ya ... Bu Rupiah juga titip salam, katanya jangan lupa selalu cinta kepada Tuhan. Aku kemarin belanja di tokonya. Semoga Anda sehat selalu." tulis Varlo.

---

Dicky Armando, S.E - Pontianak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun