Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku 'Sephia' Ayah Tiriku

12 Februari 2012   07:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45 7508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13423485731338373356

[caption id="attachment_187945" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi: Shutterstock"][/caption]

Namaku Wati,  usiaku 20 tahun, aku bekerja di sebuah Pabrik Minuman Ringan di Jakarta sebagai administrasi gudang.   Aku memperoleh pekerjaan ini berkat kemurahan hati  Pak Pras, seorang pria paruh baya, yang tidak pernah kukenal sebelumnya.

Perkenalanku dengannya berawal di sebuah Restoran, waktu itu, aku yang baru saja datang dari kampung usai menamatkan sekolah SMA dan hendak melamar pekerjaan di restoran tersebut. Mungkin karena sempat mendengar perdebatan antara manajer restoran dan pemilik Restoran, soal penerimaan karyawan, membuat Pak Pras kasihan padaku.

“ Dik..... sini Dik ..... “ Ia memanggilku.

“ maaf Pak, Bapak memanggil saya?” jawab ku

“ Iya.... Nama saya Pras, nama Adik siapa?

“ Nama saya Wati , Pak?”

“Adik sedang mencari pekerjaaan? “

“ betul Pak, tadi sebenarnya saya sudah diterima oleh manajer  restoran tersebut sebagai kasir, tetapi ternyata pemilik restoran sudah terlebih dulu menerima orang lain sebagai karyawan tanpa konfirmasi kepada manajer tersebut, sehingga penerimaan saya sebagai karyawan di batalkan”

“oh begitu, boleh lihat surat lamaran kerja yang ada ditanganmu itu? Tanya laki laki paruh baya ini

“ Ini Pak silahkan” kataku sambil menyerahkannya.

Setelah melihat surat lamaran pekerjaan dan riwayat hidupku, Ia pun berkata “ besok kamu datang ke kantor saya, ini alamatnya yah” sambil menyerahkan kartu namanya padaku dan berjalan menuju motor nya yang di parkir tidak jauh  dari tempat kami berbincang.

**********

Keesokan harinya, akupun mendatangi alamat yang tercantum di kartu nama Pak Pras. Tidak sulit mencari beliau karena seluruh karyawan pabrik mengenal Beliau, karena jabatannya sebagai kepala personalia.

‘’Sudah nyampe rupanya, ga susah khan nyarinya” sapa Bapak ini dengan ramah

“Sudah Pak, hanya dua kali naik angkot dari rumah kontrakan saya Pak”

“ Syukurlah, kamu bekerja di bagian gudang ya, pekerjaanmu hanya mencatat jumlah barang yang masuk dari hasil produksi ke gudang. Nanti Pak Joko akan mengajari dan membantu kamu di sana”

“ Iya Pak, terima kasih banyak atas bantuan Bapak”

“ Sama sama, saya harap kamu dapat bekerja dengan baik. Yuuk... saya antar ke gudang”

Kami pun berjalan menuju gudang, setelah mengenalkan aku kepada karyawan bagian gudang lain dan juga kepada pak Joko selaku kepala gudang, Pak Pras kembali ke ruangannya.

Mulai hari itu aku pun mulai bekerja, tidak ada kesulitan buatku untuk beradaptasi dengan lingkungan di pekerjaan ku itu, karena semua karyawan sangat ramah dan saling membantu.

*************

Sore itu di awal bulan, aku pulang lebih malam dari biasanya, karena harus membuat laporan jumlah barang yang masuk ke gudang selama satu bulan. Tampak di kejauhan aku melihat Pak Pras  yang juga baru keluar dari ruangannya  “ aaaaah ..... sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya, terbersit rasa rindu melihat sosok laki laki baik hati ini, dari wajahnya masih tampak jelas sisa ketampanan masa mudanya ..., andai aku bisa memiliki seorang suami seperti Pak Pras” gumamku dalam hati.

“ Kalau jalan jangan sambil melamun, nanti kesandung loh”

Suara yang sangat ku kenal ini  menyadarkanku dari khayalan tingkat tinggi tadi.

“ eh ... Bapak.... jadi malu, sudah mau pulang juga ya” jawabku sambil tersipu menahan malu

“ iya...  mau ikut saya sekalian? Dari pada naik angkot, khan ongkosnya bisa kamu simpan buat besok, rumah saya searah dengan kontrakanmu kok”

“ tapi Pak....”

“gak ada tapi tapi... ayo naik"  sambil menyerahkan sebuah helm padaku

Aku segera naik, dan motor pun melaju, sepanjang perjalanan aku hanya bisa terdiam, dan pikiranku kembali pada khayalan untuk memiliki suami seperti Pak Pras.

“ Ini kontrakkanmu khan?"  Suara Pak Pras kembali membangunkanku dari lamunan

“iya Pak... mau mampir dulu ? ”

“ hehehe ..... ga usah, sudah malam, saya pamit ya”

“ makasih ya Pak” jawabku mengiringi  kepergian Pak Pras dengan sepeda motornya.

***********

Sejak malam itu aku sering ikut Pak Pras pulang, lumayan buat menghemat biaya hidupku katanya. Aku yang memang hidup seorang diri dengan gaji yang pas untuk hidup tidak menolak tawarannya, apalagi dari seorang Pria yang sangat ku kagumi.

Sampai suatu hari, ketika tiba di kontrakkanku hujan pun turun dengan derasnya, tidak mungkin Pak Pras melanjutkan perjalanan. Akhirnya, untuk pertama kalinya Ia mampir ke rumah petak yang berukuran 3X4 meter ini. Sambil menunggu hujan reda dan di temani secangkir teh manis yang kubuatkan untuknya, Ia pun mulai bercerita mengenai keluarganya.

Ternyata Ia memiliki seorang anak laki laki seusiaku yang saat ini tinggal di Bandung, Istrinya menderita kanker Paru paru sehingga Ia tiap kali harus ijin untuk mengantarnya berobat

“hmmmm.... ternyata itu sebabnya sehingga terkadang aku tidak melihat Bapak ini beberapa hari” bathinku

“ Untung pihak pabrik sangat mengerti keadaan saya, kalau tidak tentulah saya sudah di pecat ” ujarnya.

Malam semakin larut, hujan pun masih terus turun dan tidak ada tanda tanda untuk berhenti. Kami pun masih asyik ngobrol, sampai Ia mengatakan “ Wati, sejak pertama saya melihatmu saya sudah menyukaimu, tapi saya sadar, saya sudah tidak muda lagi”

Tersentak aku mendengarnya, semua perasaan bercampur menjadi satu, “ aaaaaah ..... ternyata Bapak ini suka sama aku.... aku juga suka sama Bapak” kataku dalam hati.

Pak Pras mulai memindahkan tubuhnya mendekatiku, aku hanya terdiam, yaaa terdiam dengan jantung yang bedegub kencang, aku juga tidak menolaknya ketika Ia mulai memegang tanganku, memelukku pundakku bahkan mencium bibirku......  dan karena begitu terbuai pada semua belaiannya aku pun membiarkan setan datang menghampiri sehingga akhirnya kami pun melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan hanya oleh suami isteri.

Entah karena kekagumanku padanya, rasa cintaku padanya, aku rela melayaninya di ranjang setiap kali Pak Pras memintanya, yaaaa..... aku rela menjadi Sephia Pak Pras.

*******

Tidak terasa sudah 3 bulan aku menjadi wanita simpanan laki laki pujaaanku ini, sampai suatu hari, aku bingung karena Pak Pras membawaku ke sebuah wilayah yang cukup asing bagiku. Motor pun berhenti di sebuah rumah mungil tapi cukup asri.

“Ini rumah saya, saya sudah menceritakan mengenai hubungan kita kepada Istriku, dan Ia meminta aku membawaku kepadanya, karena Ia ingin melihat wanita yang kelak akan menggantikan posisinya”

Aku hanya terdiam dan mengikuti Pak Pras memasuki rumahnya dan menuju sebuah kamar, ku lihat sesosok tubuh perempuan yang sangat kurus sedang berbaring di tempat tidur. Ku lihat dan kuperhatikan wajahnya..... yaaa....wajah ini sangat tidak asing denganku...walau agak sedikit berbeda karena pipinya sudah tidak berisi lagi. Wajah yang selalu aku lihat hanya dari foto yang di tunjukkan nenek padaku, yaaaa..... dia adalah Ibuku... yang pergi meninggalkanku saat aku berusia 5 tahun setelah bercerai dari ayahku, aku dititipkan pada nenek,  besar dan tumbuh bersama nenek, Ibu hanya mengirimkan surat dan uang untuk biaya hidupku. Karena nenek meninggal, makanya aku memutuskan untuk pergi ke Jakarta mencari Ibu.

Aku pun berlari menuju tempat tidurnya....tersungkur memohon ampun “ maafkan aku...Ibu....maafkan aku”  hanya itu yang mampu aku ucapkan sambil menangis keras, karena aku sudah menyakiti hatinya, membiarkan diriku menjadi Sephia ayah tiriku sendiri.......

************

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun