Teror Pemangsa Janin (Bagian 3): Pesan Anduang Bongkok
By Ariya Wirasastra
SELANG beberapa hari sejak peristiwa yang membuat Mirda histeris, terjadi kesibukan luar biasa di rumah kontrakan Aran. Dua kardus besar sudah terikat rapi di teras. Perabotan dapur seperti panci, teflon berikut rak piring portable sudah disatukan dalam keranjang besar berdiameter  50cm. Sepasang kursi tamu dan meja kecil dari plastik telah diletakkan di jalan depan rumah.
                          Â
Aran dibantu Mang Dadang tengah berupaya menggeser springbed ukuran double ke arah luar. Setelah mendekati pintu keduanya membuat posisi kasur impor itu dalam keadaan vertikal. Akhirnya kasur itu kini berada di teras rumah. Lalu Aran memanggil dua orang remaja yang sudah menunggu di luar  untuk segera mengambil alih mengangkat kasur tersebut.
Dua anak remaja usia belasan tampak riang mengeluarkan tabung gas dan sebuah kompor gas satu tungku. Barang-barang itu langsung dimasukan ke sebuah gerobak kecil yang biasa digunakan  tukang rongsok. Keduanya kembali masuk ke rumah dan membawa lagi barang lain seperti ember,  gantungan pakaian dan sejenisnya untuk dikumpulkan di gerobak.  Begitulah aktifivas serupa mereka ulangi sampai gerobak penuh, kemudian keduanya berbagi tugas membawa gerobak dengan muatannya ke tempat tujuan.
"Aduh Bang Aran kenapa dadakan begini?" tanya Mang Dadang setelah mereka berhasil menaikkan springbed ke atas gerobak dengan posisi rebah.
"Padahal kalau bilang dari kemarin kan, bisa Mamang carikan mobil bak kecil. Kan ada tuh di toko material Koh Ferry tempat Mamang langganan," lanjutnya.
Aran tidak segera menjawab, melainkan mengarahkan pandangannya kepada Mirda yang sedang duduk di kursi lipat teman setianya berbenah. Tanpa diintruksikan, Mang Dadang ikut mengarahkan pandangan kepada perempuan hamil dengan wajah muram. Kemudian lelaki setengah baya itu mengangguk-angguk tanda memahami maksud Aran.
Sementara Mirda  tampak seperti sedang melamun. Tatapannya menerawang ke suatu tempat dan waktu yang nun jauh di sana. Kesibukan orang-orang di hadapannya tidak mampu mengalihkan perhatian ibu muda itu. Begitu juga seekor anak kucing yang berputar-putar mengelilingi Mirda sambil sesekali menggosokkan punggung ke kakinya, tidak juga diresponnya. Padahal Mirda salah satu penyuka kucing dan senang berbagi makanan maupun memanjakan hewan lucu itu.