Mohon tunggu...
Ariya Hadi Paula
Ariya Hadi Paula Mohon Tunggu... Penulis - Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora

Ariya hadi paula adalah Alumni IISIP Jakarta. Pernah bekerja sebagai desainer grafis (artistik) di Tabloid Paron, Power, Gossip, majalah sportif dan PT Virgo Putra Film .Jurnalis Harian Dialog, Tabloid Jihad dan majalah Birokrasi. Penikmat berat radio siaran teresterial, menyukai pengamatan atas langit, bintang, tata surya dan astronomi hingga bergabung dengan Himpunan Astronom Amatir Jakarta (HAAJ) dan komunitas BETA UFO sebagai Skylover. Saat ini aktif sebagai pengurus Masyarakat Peduli Peradaban dan dakwah Al Madania Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Teror Pemangsa Janin (Bagian 3)

22 September 2024   06:21 Diperbarui: 8 Desember 2024   10:49 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover: Laviola Designmax

Seingat Mirda, setahun sebelum keberangkatannya kuliah ke Jakarta, Anduang Bongkok meninggal dunia.  Begitu banyak kesan dan pesan yang ditinggalkan orang tua itu kepada Mirda. Termasuk biaya sekolah dan kuliah Mirda di Jakarta merupakan sumbangsih dari Anduang berupa cincin dan gelang emas yang dihadiahkan bagi cucu kesayangan Anduang.

"Nak, nanti kalau Kau sudah berhasil di kota, tengok-tengoklah Anduang dan Mamak mu di sini," pinta Anduang Bongkok sambil membalurkan minyak dari ujung jari sampai lengan Mirda gadis.

 Pijatan Anduang terlihat lembut, namun  tekanannya  begitu keras menghujam  ke daging hingga tulang-tulang  lengan Mirda. Pijatan khas almarhum Anduang  pada masa lalu masih  membekas di ingatan Mirda sekarang. Tiba-tiba dirinya teringat sebuah peristiwa ganjil yang terjadi pada saat Anduang bongkok sedang memijatnya  jelang maghrib.

Anduang membalurkan minyak sawit yang sudah dicampur rempah  ke seluruh tangan Mirda. Begitu juga punggung dan bagian atas dada hingga leher tak luput dari  baluran ramuan minyak pijat sang perempuan tua.  Kain sarung yang dikenakan untuk menutup sepertiga bagian bawah tubuhnya, mulai basah oleh minyak sawit.

Jari jemari Anduang yang terampil mulai memijat-mijat  lengan cucunya. Tak seperti biasanya, Anduang memijat sambil berkomat-kamit merapal mantra dan doa.  Setelah semua bagian tubuh Mirda yang dibalur minyak terkena pijatan, Anduang  beralih memijat lembut pelipis dan bagian atas kepala cucunya. Sambil memijat  dibacakan doa yang ujungnya diakhiri dengan tiupan ke ubun Mirda. Perlaku yang sama dilakukan Anduang berulang-ulang membuat Mirda mulai terbuai dan mengantuk.

Mirda merasa kian mengantuk hingga kedua kelopak matanya makin berat dibuat lebar. Ketika pandangannya makin sayu, Mirda seakan melihat beberapa orang lelaki bertubuh pendek bermunculan dari balik punggung Anduang.Para lelaki cebol itu tampak bertelanjang dada hanya  mengenakan celana pendek hitam dari bahan yang tebal. Mirda memaksa menajamkan pandangan ke wajah  mereka. Ternyata semua lelaki cebol itu brewokan, berambut gondrong dan berkerut menandakan usia yang sangat tua.

Rasa kantuk semakin menyengat, tatapan Mirda pun semakin sayu. Pandangan samar dan kesadaran kian rendah,  saat  itulah Mirda merasakan  satu per satu lelaki cebol itu memeluk tubuhnya lalu meresap ke dalam dan menghilang. Tujuh kali dirasakan Mirda peristiwa meresapnya manusia cebol ke dalam tubuhnya, sementara didengarnya Anduang masih  merapal mantra dan doa.

Di bawah serangan kantuk dan keheranan atas peristiwa ganjil itu, Mirda merasakan hangat menjalar ke seluruh tubuhnya.

Peristiwa ganjil dan ghaib pada masa lalu itu tidak pernah dijelaskan oleh Anduang sampai sekarang.  Hanya sepotong cerita disampaikan oleh Mamak setelah Anduang wafat,  sebuah warisan dari leluhur  untuk setiap anak perempuan tunggal atau anak pertama telah diberikan kepada Mirda. Sayangnya Mirda masih belum paham maksud cerita tersebut.

Tiba-tiba sebuah sentuhan pelan membangunkan lamunan masa lalu Mirda. Sayup-sayup suara pengantar adzan mulai terdengar olehnya, namun  pandangannya  masih  belum terang seakan baru bangun dari tidur yang lama.  Sementara   dirasakan Mirda jika tangan yang tadi menyentuhnya pelan  mulai  mencengkeram sambil menggoyang-goyangkan lengan Mirda, seakan mengajaknya bangun dari mimpi.

"Tooloong...!" jerit Mirda ketika menyaksikan tangan yang mencengkeramnya penuh dengan sayatan luka, borok dan bernanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun