Film yang bakal dibahas kali ini tergolong film yang sudah tayang cukup lama, tapi saya rasa masih menarik untuk diulas kembali.
Film ini merupakan film anime yang berjudul The Anthem of the Heart atau dalam versi Jepangnya yaitu, Kokoro ga Sakebitagatterunda.
Film anime original yang tayang pada tahun 2015 ini diproduksi oleh studio A-1 Pictures dan disutradarai oleh Tatsuyuki Nagai dengan durasi 120 menit.
Selain itu, anime ini juga mendapat adaptasi live action berjudul sama yang disutradarai oleh Naoto Kumazawa pada tahun 2017.
Hati-hati, ulasan ini mengandung spoiler!
Sinopsis Film Anime The Anthem of the Heart
Cerita dalam film The Anthem of the Heart berpusat pada Jun Naruse, gadis kecil yang ceria dan banyak bicara seperti anak-anak pada umumnya.
Naruse sangat ingin pergi ke sebuah bangunan di atas gunung yang ia sebut sebagai istana dan berdansa dengan pangeran di sana, meski sebenarnya bangunan itu adalah hotel cinta.
Suatu hari, Naruse yang berjalan menuju ke istana itu tanpa sengaja melihat ayahnya keluar dari sana bersama seorang perempuan yang tidak ia kenal.
Dengan polosnya Naruse memberi tahu apa yang ia lihat kepada ibunya, dan akibatnya orang tua Naruse bercerai.
Naruse yang masih belum mengerti kondisi orang tuanya, berusaha mencegah kepergian ayahnya dari rumah.
Namun, ayahnya justru berkata bahwa Naruse anak yang sangat cerewet dan menyebut Naruse sebagai penyebab masalah yang terjadi.
Naruse kecil yang sedih dan merasa bersalah, pergi menyendiri di sebuah tempat dan tanpa diduga sebuah telur ajaib muncul di hadapannya.
Telur itu bicara soal hukuman untuk orang yang cerewet seperti Naruse dan untuk menghindari hukuman tersebut, telur itu mengunci mulut Naruse.
Sejak saat itu kemampuan bicara Naruse menghilang, dan setiap kali ia berusaha mengatakan sesuatu, perutnya akan merasa sakit.
Hingga Naruse menginjak SMA, kutukan telur itu masih melekat pada diri Naruse dan membuat ia menghindari interaksi dengan teman di kelasnya.
Pada titik ini, Naruse ditunjuk sebagai anggota komite kelas bersama Takumi Sakagami, Daiki Tasaki, dan Natsuki Nito untuk mengadakan pertunjukan.
Meski awalnya sempat menolak, Naruse memutuskan untuk tetap ikut sebagai anggota komite setelah melihat Sakagami yang memainkan alat musik sambil menyanyikan lagu tentang telur.
Naruse yang merasa Sakagami bisa memahami kondisinya yang dikutuk oleh sebuah telur, memberi tahu semua masalahnya pada Sakagami.
Mulai dari sini, hubungan mereka jadi semakin dekat dan berkat komite kelas inilah Naruse perlahan bisa mengutarakan isi hatinya tanpa takut pada kutukan telur.
Hal Menarik dalam Film The Anthem of the Heart
Sama seperti anime Jepang lainnya, film The Anthem of the heart juga memiliki sisi menarik yang menjadi nilai lebih dan bisa menambah kesan saat menontonnya.
1. Halusinasi kutukan telur
Sejak awal cerita tidak ada telur ajaib yang mengutuk Naruse. Genre film ini pun bukan termasuk fantasi atau supernatural, melainkan drama sekolah. Jadi dari mana telur ajaib itu berasal?
Telur ajaib tersebut diciptakan sendiri oleh Naruse untuk mengutuk dirinya. Penyebabnya adalah rasa trauma saat Naruse kecil disebut sebagai penyebab masalah dalam keluarganya karena terlalu cerewet.
Naruse menciptakan kutukan itu agar dirinya tak lagi sembarangan mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Meski nyatanya justru Naruse yang paling tersakiti.
2. Hubungan ibu dan anak
Sejak ayahnya pergi dari rumah, Naruse tinggal bersama ibunya. Selama bertahun-tahun, ibu Naruse menghadapi perubahan sikap Naruse setelah perceraian orang tuanya.
Ibu Naruse yang tak memahami apa yang terjadi merasa kebingungan dan pada salah satu scene sempat menganggap Naruse bermain-main karena terus diam saat diajak bicara.
Dari sini bisa dipahami seberapa penting komunikasi dalam keluarga untuk memecahkan masalah yang ada.
Namun dalam kasus Naruse, justru masalahnya terletak pada komunikasi yang tanpa sadar ia tutup sendiri dan ibunya yang tak berusaha untuk mencari penyebab masalah yang terjadi.
3. Menyampaikan perasaan lewat nyanyian
Sisi menarik lainnya dari film ini terletak pada cara Naruse untuk bebas dari “kutukannya” yaitu melalui nyanyian.
Naruse bisa bernyanyi tanpa merasakan sakit di perutnya dan karena itu juga komite kelasnya memutuskan untuk mengadakan pertunjukan drama musikal dengan Naruse sebagai inspirasi ceritanya.
Melalui drama musikal itu, Naruse ingin menyampaikan semua isi hati dan perasaan yang selama ini ia tahan.
Kelebihan dan Kekurangan Film The Anthem of the Heart
Sebagai karya original, film anime ini berhasil menghadirkan cerita yang relate dengan kehidupan nyata, melalui penggambaran konflik yang unik dan berbeda.
Kutukan telur sebagai bentuk rasa trauma pada seorang anak, sedikit-banyak cukup menjadi perhatian yang lebih, dalam memaknai bagaimana dampak perkataan buruk orang tua bagi mental anak.
Dari segi animasi, grafis visual anime ini cukup memuaskan dengan desain karakternya yang ikonik dan membuat betah saat menatapnya.
Selain itu, drama musikal yang menjadi adegan puncak di anime ini juga tak kalah bagusnya. Musik dan lagu yang dibawakan juga menyentuh hati karena terinspirasi dari konflik yang dihadapi karakter utamanya sendiri.
Sementara itu, kekurangan yang cukup mengganggu dari film ini terletak pada watak karakter utama laki-lakinya yang plin-plan.
Sakagami yang sebenarnya masih menyukai mantan pacarnya, Natsuki, justru lebih banyak memberikan perhatian pada Naruse dan membuat Naruse berharap lebih padanya.
Hal lain yang menurut saya juga cukup menjadi tanda tanya ada pada hubungan antara Naruse dan ibunya yang tak dijelaskan lebih lanjut.
Scene akhir Naruse dan ibunya terjadi saat Naruse tampil di panggung. Ibu Naruse yang duduk di kursi penonton, memberi dukungan untuk Naruse dengan senyum sambil menganggukkan kepala.
Setelah itu, tak ada lagi adegan lanjutan antara Naruse dan ibunya. Padahal ibu Naruse adalah salah satu pihak yang paling berpengaruh dalam perkembangan karakter utamanya.
Setelah menonton film anime The Anthem of the Heart, rating dari saya pribadi: 8/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H