"Untuk apa?"
"Untuk kawan-kawanku."
"Tidak perlu menyusahkan dirimu. Mereka toh sampah masyarakat."
"Aku pun sampah."
"Tapi kau adik bapakku. Tentu saja aku tidak mau melihatmu konyol."
Rahangnya mengeras.
"Jadi maumu apa?"
"Sebaiknya serahkan dirimu. Bertahan dengan keadaanmu sekarang hanya sesuatu yang percuma karena ruang gerakmu semakin sempit. Ditambah imbalan tukar informasi tentang komplotan-komplotan sejenis yang jelas kau tahu, hukumanmu bisa lebih ringan. Setidaknya bukan hukuman mati."
Sugali meludah, "Jika kau tidak memintaku untuk menemuimu di malam penyergapan itu, yang ternyata hanya akal-akalanmu, bukankah seharusnya aku berada bersama kawan-kawanku dan sudah tertangkap atau bahkan mati seperti mereka?"
"Tidak ada pilihan lagi. Hanya itu yang bisa aku lakukan."
"Seharusnya kau biarkan aku mati saja bersama mereka. Sampai kapanpun aku tidak akan mau menyerahkan diri!"