Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sugali, Sebuah Cerpenisasi Lagu Iwan Fals

28 Maret 2012   10:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:22 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332929439861047905

Dengan cerita mengenai dirinya yang simpang-siur, Sugali toh tidak merasa terganggu. Semakin lupa daratan dan foya-foya saja kerjanya. Hampir setiap malam Sugali dan kawan-kawan garongnya itu bersukaria. Menyanyi dan menari di lokasi WTS kelas teri. Asyik lembur sampai pagi, joget sampai lecet dan mabuk-mabukan memuaskan kehausan mereka akan dosa. Mulut pamanku itu pastilah tiada henti tertawa dan melontarkan kata-kata kotor seperti penjahat murahan yang lancang menantang langit sembari tangannya genit kitik cewek binal paling busetyang cekikikan, sibuk menguras uang dari kantongnya. Begitulah, usai garonglangsunghambur uang. Hasil kerja haram dipakai untuk yang haram. Peduli setan!

Ah, Sugali pamanku, ramaisudahorang bergunjing tentang dirinyayang tak juga hinggap rasa jemu. Ironis, atas pertolongannya aku mampu mapan dalam kehidupan, tapi dia justru tetap berkutat dengan jalan suram yang dipilihnya, sesuram hari depannya ...

Aku tahu, di dalam hatinya yang mengeras, pastilah ada rasa was-was yang sayangnya tidak membuatnya wawas, karena semakin lama pergerakan komplotannya telah jadi semakin sempit akibat kegigihan polisi yang selalu memburu mereka. Tapi Sugali malahan semakin jumawa dan bermata beringas menantang, seakan-akan menunggu datang peluru yang panas, kelak di waktu hari nahas. Aku yakin itu, karena menurutku cerita tentang kekebalannya hanyalah omong kosong belaka. Aku pernah jadi saksi bahwa dia bukanlah manusia setengah dewa. Buktinya, pelor pernah bersarang di paha kanannya. Dia hanya manusia biasa, utuh penuh. Mulut orang saja yang membuatnya terkesan hebat.

Sampai pada suatu ketika, polisi yang mengetahui keberadaan Sugali bersama  komplotannya melakukan penyergapan secara mendadak dan rahasia. Tindakan yang tepat untuk meminimalisasi kemungkinan kebocoran informasi karena kenyataan bahwa mereka sangat sulit disergap. Sebagian hatiku sangat ingin dia tertangkap, tapi sebagian hatiku yang lain mengkhawatirkan nyawanya. Hanya ada dua pilihan yang sama-sama mengerikan, mati atau tertangkap. Tapi tentu saja dia tidak akan mau tertangkap, mempertahankan diri sampai mati adalah pilihannya, aku yakin itu.

Maka terjadilah tembak-menembak yang sengit di dini hari itu ketika komplotan raja tega Sugali tengah lengah berpesta merayakan keberhasilan mereka menggarong sebuah bank dan menewaskan seorang polisi yang tengah berjaga. Polisi berhasil mendesak komplotan itu dan mengatasi krisis dalam waktu 3 jam. Beberapa orang di pihak polisi terluka, tapi seluruh anggota komplotan tewas tertembak. Hanya Sugali yang tidak ditemukan. Orang-orang kemudian jadi bebas membuat cerita baru: kesaktian Sugali membuatnya lolos dari maut, tapi kini dia ciut lalu bersembunyi ketakutan.

Saat aku bertemu dengannya di tempat rahasia, beberapa hari setelah penggerebekan itu, senyumnya senyum orang kalah.

"Entah harus berterimakasih atau memakimu," dia berkata.

"Yang penting kau selamat."

"Jika boleh memilih, aku malah ingin mati bersama mereka."

"Jangan. Aku, Ibu dan adik-adik masih banyak berhutang padamu. Jika kau mati, tak ada lagi kesempatan kami membalasnya."

"Seharusnya aku ada di sana," katanya menyesali diri. Lalu tangannya meraih pistol dari balik jaketnya, mengarahkannya ke kepalaku, "Jika menuruti nafsu, aku bisa membunuhmu sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun