"Siapa yang mau bunuh diri?"
"Lha itu, kepalanya disiram lagi."
"Halah, Pak Lurah ini bodoh atau pura-pura pinter, sih? Masa dari tadi ndak sadar kalau ini bukan bensin. Ndak kecium baunya, to?"
Mulut Pak Lurah menganga.
"Berarti dari tadi bukan bensin atau minyak, gitu?"
"Bukan. Itu air buat saya cuci muka. Saya harus kelihatan seger karena habis ini saya mau ke desa tetangga, ke tempat mertua njemput Themel sama ibunya. Udah kangen berat!" kata Sagrip cengengesan. Dia memang jadi sangat rindu kepada istri dan anaknya.
Dengan riang dia lalu menyerahkan jeriken miliknya pada Margono dan melenggang pergi dengan bersiul-siul. Margono cekikikan. Malam ini memang Sagrip sedang sadar dan betul otaknya. Besok? Entahlah. Namanya juga Sagrip.
Cigugur, 8 Desember 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H