"Buat apa, Bro?"
"Buat mbakar kolormu!"
"Eit..jangan! Tidak elok, tidak elok..bisa dimarahin Mama!" kata Margono menggerak-gerakkan jari telunjuknya di depan wajah.
"Kita ke rumah Pak Lurah!"
"Pak Lurah nyuruh kamu beli bensin, Bro?"
"Bukan. Aku mau aksi bakar diri!"
"Lha? Kenapa, Bro? Frustrasi?"
"Pos Ronda mau dirubuhkan dan diganti jadi taman hijau. Di mana kita ngumpul nanti?"
"O..kalau itu aku sudah dengar, Bro. Aneh, ya? Yang ndak penting diutek-utek sampe butek. Yang penting-penting dan mendesak dibiarin," kata Margono geleng-geleng.
"Maksudmu?"
"Lha, Pos Ronda dirubuhin. Buang-buang tenaga. Dengar-dengar ada dana aspirasi, tapi kok malah mau bikin taman. Ndak penting, kan? Mendingan buat perbaiki sekolah-sekolah di desa ini yang hampir ambruk."