Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duel! Uel! El! L!

14 Januari 2011   09:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:36 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Teman-teman, aku pulang! Sudah hampir maghrib!" teriaknya, tapi teman-temannya itu tidak menghiraukannya.

Mereka tetap sibuk mengerumuni Om aris yang menjadi sangat-sangat kewalahan dengan antusiasme mereka. Akhirnya dengan setengah berlari, Reni meninggalkan tempat itu. Dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan kedatangan Om Aris yang memang tidak begitu dikenalnya itu. Sementara itu, Om Aris sedang berusaha mengatur anak-anak yang antusias dan spontan itu agar tidak mengerumuni apalagi menarik-narik bajunya.

"Sabar, anak-anak! Kalian semua bisa jadi murid Om Aris. Lihat, Reni berpamit untuk pulang pun kalian tidak tahu," katanya.

"Kita semua ingin belajar gerakan kaya Om tadi," kata Naim yang langsung disambut oleh yang lainnya dengan kata-kata yang pada intinya sama.

Om Aris tersenyum dalam hati. Dia jadi teringat dan rindu kepada murid-murid mengaji dan silatnya di kampung. Murid-murid yang manis dan lugu, yang patuh dan tidak pernah membantah, yang selalu menuruti apapun yang diperintahkannya meskipun sangat berat bagi mereka..apakah anak-anak ini akan seperti murid-muridnya yang dulu? Sampai kemudian terjadilah kejadian itu...

"Sebelum kalian resmi menjadi muridku, kalian harus bersumpah dulu bahwa kalian akan merahasiakan semua. Ilmu silat yang akan Om ajarkan nanti adalah tataran tertinggi dari segala jenis aliran silat yang ada. Jadi, untuk bisa menyerap semuanya dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi dari penglihatan Om atas adegan kalian tadi, kalian sangat-sangat berbakat dan Om berharap tidak akan dibutuhkan waktu yang lama untuk bisa menguasainya."

Berbinar-binar mata anak-anak itu. Mereka mulai mengkhayal sendiri-sendiri.

Dhani berkhayal, dengan kemampuannya nanti dia akan bisa mengalahkan ayah tirinya dalam duel satu lawan satu. Akan dibiarkannya laki-laki yang suka memukuli dia dan ibunya itu tetap hidup, tapi hanya akan diambilnya salah satu anggota tubuh yang paling berharga darinya, akan dipotongnya organ itu, organ vital yang selalu dibangga-banggakannya untuk mencari perempuan di mana-mana dan tersimpan dalam celananya untuk nanti diletakkannya dalam freezer.

Arif berkhayal akan menumpas kejahatan dan mencari pujian dari Sabrina, anak kelas 1 SD yang cantik, putri tetangganya yang suka memberi pada keluarganya nasi dan sayuran yang tidak habis dimakan oleh keluarga itu.

Mamar berkhayal akan kembali ke Jakarta dan menegakkan lagi perguruan Si Pitung di Marunda.

Naim berkhayal akan menentang semua orang yang memasang poster dan baliho dengan pesan-pesan tertentu yang memuakkan yang baru-baru ini telah membuat ayahnya dirawat di rumah sakit karena kepalanya kejatuhan baliho yang rubuh karena angin kencang. Ah, dia benar-benar benci baliho dan poster!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun