Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Sekolah Menteri"

27 Desember 2020   08:29 Diperbarui: 27 Desember 2020   10:40 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah bertanya kepada teman-teman yang bekerja di HRD perbankan mengenai alasan diterimanya lulusan non-ekonomi/manajemen/akuntansi untuk bekerja di bank. 

Menurut teman saya tersebut, bank menerima lulusan teknik atau pertanian karena yang dicari bukan kemampuan teknis mengenai ekonomi dan keuangan, tetapi yang dicari adalah kemampuan berpikir, watak, dan kepribadian yang baik. Kemampuan teknis mengelola ekonomi dan keuangan serta perbankan bisa diajarkan setelah diterima menjadi pegawai.

"Jadi jangan heran apabila banyak sekali lulusan perguruan tinggi pertanian di Bogor tidak bekerja sebagai petani atau ahli pertanian tetapi justru menjadi bankir, wartawan atau profesi non pertanian lainnya. Karena yang dicari adalah kemampuan berpikir, watak dan kepribadiannya," begitu komentar salah seorang teman saya.

Saya pun mengamini apa yang dikatakan teman saya tersebut. Dan dari membaca riwayat pengangkatan para menteri, saya mencatat bahwa dengan bekerja sungguh-sungguh dan ikhlas sesuai minat dan keahliannya, maka suatu pekerjaan akan terlihat hasilnya. 

Selain yang bersangkutan, maka orang lain pun akan dapat melihat dan menilai track record kinerja atau prestasi seseorang. Track record inilah yang kemudian bisa menjadi pertimbangan untuk menduduki suatu jabatan tertentu, termasuk jabatan menteri. Untuk jabatan menteri, tentu saja yang menilai adalah Presiden yang akan menjadi atasannya.

Susi Pudjiastuti kiranya bisa menjadi salah satu contoh yang baik. Meski ia bukan sarjana perikanan, namun track record-nya sebagai pengusaha perikanan yang gigih dan berhasil telah menginspirasi Presiden Jokowi untuk mengangkatnya menjadi seorang Menteri KKP.

Begitu pun dengan BGS. Meski bukan seorang dokter, ia sesungguhnya memiliki track record yang bisa dikaitkan dengan dunia kesehatan. Sebelum menjadi Menteri Kesehatan, BGS adalah Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. BGS bertanggung jawab membantu Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Doni Monardo, di bidang Kesehatan.

Susi, BGS dan banyak tokoh lain yang pernah dan sedang menjabat membuktikan bahwa meski tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan profesi di suatu kementerian/lembaga, namun dengan track record pekerjaan yang baik maka bisa saja terpilih menjadi menteri dan memimpin suatu kementerian/lembaga.

"Dan jangan lupa berdoa yang khusyu agar cita-cita atau keinginan (menjadi menteri) tercapai. Jangan cuma mimpi ikutan Sekolah Menteri karena memang tidak ada sekolahnya," begitu nasihat teman saya.

Bekasi, 27 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun