Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Sekolah Menteri"

27 Desember 2020   08:29 Diperbarui: 27 Desember 2020   10:40 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari cerita Pandji tersebut di atas, saya pun lantas teringat dengan Dr. Zaini Alif M.Ds, Ketua Umum KPOTI (Komite Permainan Rakyat dan Olah raga Tradisional Indonesia). 

Berawal dari kesukaannya memainkan permainan tradisional, Dr. Zaini bisa mendokumentasikan sekitar 2.600 permainan tradisional Indonesia dan meraih Doktor dari ITB serta menjadi salah seorang pengajar di sana. Ia pun kerap memperkenalkan permainan tradisional Indonesia di mancanegara.

Bahkan bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dr. Zaini ikut mendorong dimasukkannya permainan tradisional Indonesia yang memuat nilai-nilai Pancasila yang disebut "Panca Main" ke dalam kurikulum pendidikan dan kalangan milenial. Panca main atau lima permainan tradisional tersebut adalah gasing, papancakan (dadu), bola lima, balap jajar dan catur Teuku Umar.

"Baiklah... terus apa hubungannya dengan "Sekolah Menteri" yang menjadi judul tulisan ini?" begitu mungkin pertanyaan pembaca

Begini, saya sengaja menjadikan cerita Panji prolog panjang tulisan ini karena ceritanya sangat berkaitan dengan suasana pergantian atau reshuffle kabinet yang baru saja dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Desember 2020 lalu.

Banyak orang yang kaget ketika Budi Gunadi Sadikin (BGS), yang bukan dokter dan bukan peneliti di bidang kesehatan, diangkat menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K).

Yang mengagetkan banyak orang, BGS bukanlah seorang dokter dan selama ini Kementerian Kesehatan selalu dipimpin seorang dokter. BGS yang kelahiran Bogor, 6 Mei 1964 tersebut adalah lulusan pendidikan Strata Satu (S1) Fisika Nuklir Institut Teknologi Bandung (ITB) 1988.

Para netizen pun kemudian ramai-ramai membuat lelucon mengenai hal tersebut. Lucunya, yang jadi tokoh di lelucon justru Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Foto Sri Mulyani sebagai calon Menteri Keuangan pada Oktober 2019 muncul lagi. Pada foto yang memperlihatkan Sri Mulyani sedang melangkah keluar dari Istana Negara dan di tampak belakangnya terdapat tumbuh-tumbuhan ditambahkan keterangan "Kenapa ribut soal Menkes yang bukan berlatar belakang dokter? Tengoklah Bu SMI ini, beliau itu menjadi Menkeu, apa backgroundnya? Yak, tumbuh-tumbuhan."

Sementara di group-group WA juga ramai perbincangan mengenai pengangkatan BGS. Umumnya komentar yang mengemuka adalah "Kok bisa bukan dokter jadi Menkes" atau "untuk apa sekolah tinggi-tinggi, apabila lulusan SMP saja bisa jadi Menteri."

Komentar yang kedua jelas bukan ditujukan ke BGS, tapi tampaknya ke Ibu Susi Pudjiastuti yang tidak menamatkan bangku Pendidikan SMA tetapi sempat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pada periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi (2014-2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun