"Ha ha ha benar sekali. Banyak yang lupa ya apabila di tengah masyarakat Indonesia terdapat budaya saling tolong menolong dan gotong royong.Â
"Gotong royong yang bukan sekedar kerja bakti menyapu jalan atau membersihkan saluran got setiap minggunya tetapi dalam bentuk yang lebih luas,' timpal sang rekan di video tersebut
"Lalu apa alasan masyarakat di Amerika Serikat justru panik memborong senjata api?," tanya sang rekan melanjutkan
"Ha ha ha  ... enggak tahu, mungkin bisa ditanyakan sendiri ke orang Amerika. Yang jelas, meski sempat terdapat pihak-pihak yang mencoba mengaitkan wabah korona dengan urusan politik, Alhamdullilah di Indonesia tidak terjadi kerusuhan seperti di Amerika. Masyarakat Indonesia justru saling tolong dan bergotong royong,"  jawab Adji tetap dengan santuynya.
Nah bicara soal gotong royong, seorang rekan saya yang sudah nonton obrolan di video yang dikirimkan Adji kemudian ikut berkomentar
"Apa yang dilakukan masyarakat Indonesia sudah sangat tepat. Karena Negara Indonesia yang didirikan haruslah negara gotong royong seperti yang disampaikan Bung Karno dalam pertemuan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) tanggal 1 Juni 1945 di Gedung Tyuuoo Sangi-In (sekarang Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri)," komentar rekan saya tersebut
"Dalam pandangan Soekarno, "Gotong Royong" adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari "kekeluargaan". Gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan satu karyo, satu gawe.Â
Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat  semua buat kebahagiaan semua.Â
Holopis kuntulbaris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!," ujar rekan saya mencoba menjelaskan pendapatnya dengan mendasarkan pada pandangan Bung Karno.
Mengomentari pandangan tentang gotong royong dan sikap masyarakat Indonesia yang terlihat lebih tenang dan pasrah, seorang rekan saya yang lain justru tertarik untuk mengaitkannya dengan kata "Santuy".
Kata tersebut yang belakangan mengemuka dan sering disebut-sebut di masyarakat dan media sosial ketika menyikapi sesuatu hal, termasuk sikap dalam menghadapi musuh berukuran super mikro dan tidak kasat mata yang bernama virus korona 2019 alias Covid-19.