Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kearifan Lokal Menyambut Lailatul Qadar

15 Mei 2020   10:52 Diperbarui: 16 Mei 2020   04:45 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi nenek penjual pisang | tribunnews.com

Kumasukkan beberapa lembar uang sepuluh ribuan yang masih baru, ke dalam amplop, cukup dibagi satu satu untuk anak TPA yang katanya berjumlah limapuluhan tadi. Penutup lem amplop kubuka lalu kurapatkan.

"Ini mbah, sudah saya tukar, sudah pas _nggih..."

Perempuan sepuh itu menerima amplop masih dengan tangan dredheg gemetar. Tanpa menunggu jawaban, aku segera pergi.

Esoknya aku mampir lagi...tapi kosong. Berikutnya aku mampir lagi...kosong juga.

Penasaran kutanyakan pada ibu pedangang sebelahnya.

"Mbahe kok nggak jualan Mbak?"

"Oh nggak, beliau ... jualan kalau panen pisang aja...

Sampeyan to yang kemarin ngasih amplop. Walah Mbahe nangis _ngguguk (tersedu2) ..... _jare bejo, (katanya beruntung) & dapet qodaran."

Barangkali yang dimaksudkan adalah lailatul qodar. Malam yang konon lebih baik dari 1000 bulan. Para malaikat turun dari langit. Ke langit hati kita. Menyelesaikan segala urusan. Allah melapangkan rejeki dan kemuliannya bagi yang dikehendaki, Pun mempersempit bagi yang dikehendaki pula... Rejeki sesuai kapasitas kita.

Lantas siapakah yang mendapatkannya?

Barangkali perempuan sepuh inilah yang mendapatkannya. Bukan karena ia ahli ibadah... Bukan pula karena I'tikafnya yang kuat di masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun