Diantara para penjual 'liar' dipinggir jalan depan pasar itu, perempuan sepuh ini satu diantaranya yang menggelar dagangan tanpa iyup iyup (peneduh). Padahal hari itu panas luar biasa.
"Kalau pulang jam berapa Mbah?"
"Jam tiga sudah pulang..., lha ada kewajiban nyiapkan _wedang (minum) buat anak-anak TPA."
"Kok kewajiban, yang mewajibkan siapa Mbah?"
"Nggih kula, (ya saya sendiri) ..."
"Ooo... begitu.... Setiap hari, selama puasa?"
"Inggih... wong cuma anak limapuluhan..."
"Wah _panjenengan (anda) hebat nggih Mbah..."
"Halah cuma wedang sama pegangan kecil-kecil...
Yang penting bocah-bocah rajin ngaji..., mbah sudah seneng. Jangan bodoh kaya Mbah ini yang cuma bisa Fatihah..."
Aku makin tercekat. Kumasukkan semua pisang yang ditawarkan ke dalam tas kresek.