Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Peter Pan

19 Juli 2022   17:40 Diperbarui: 22 Juli 2022   21:15 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tentu saja. Sepertimu, Mary pernah menjadi anak-anak. Aku mengenal semua anak. Itu sudah tugasku."

"Apa maksudmu?" Sahut Wendy yang tenggelam dalam sejuta pertanyaan di benaknya.

"Kau tidak bosan bertanya terus? Aku tidak datang untuk mengenalkan diri, Wendy. Kau sudah tahu siapa aku. Kau memanggilku Peter, bukan?" Jawab si bocah acuh-tak acuh sambil bangun dari kasur. 

Gadis itu terdiam tanpa kata.  Memang benar ia tahu nama si bocah. Tapi mengapa ia tahu hal itu, ia tidak memahaminya. Peter begitu asing, namun juga sangat familiar. Oleh karenanya, ia hanya bisa melempar tanya. Si gadis berfikir keras meramu satu pertanyaan terakhir yang tak membuat Peter enggan menjawab.

"Lalu kenapa kau kemari, Peter?" 

Si bocah tersenyum lebar, senyuman yang dapat meneduhkan neraka.

"Captain Hook_" Ujarnya, "Ia yang membuatmu menangis. Kau tidak tidur saat malam datang, sarapan juga tak menyenangkan lidahmu. Kau gadis yang malang."

Wendy terdiam sesaat, menundukan kepala. Itu semua benar. Keputusan ayahnya seperti racun yang perlahan menghancurkan jiwa si gadis. Padahal sang ayah telah berjanji mengirimnya menuntut ilmu di kota seberang lautan sana. Melihat dunia, bertemu dengan orang-orang baru, bahkan mungkin mengenal cinta. Ayah telah berubah, dan kini ia harus menanggung akibatnya, menikahi pria yang jauh lebih tua darinya.

"Itu tidak ada hubungannya denganmu, Peter."

"Tentu saja ada_" sahut si bocah girang,"Karena aku punya solusi agar kau tidak perlu menikah."

Mata Wendy terbelalak. Harapan terpancar dari paras cantik si gadis laksana sinar mentari yang menembus sela-sela bilik bambu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun