"Aku tidak apa-apa, Peter." Tunggu dulu, dari mana aku tahu namanya?
"Syukurlah. kau meloncat cukup tinggi, ku kira kau akan terbang tanpa serbuk peri." Sahut Peter tertawa.
Wendy menatapnya kebingungan. Ia belum pernah bertemu dengan Peter, namun ia seperti mengenalnya sejak lama. Ketakutan seolah sirna ketika ia menggenggam tangan si bocah.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Wendy.
"Bukankah sudah jelas? aku datang karena kau memangilku." Jawab Peter sembari membenamkan badan di kasur milik si gadis.
"Aku tidak ingat pernah memanggilmu."
"Oh, tapi kau melakukannya, Wendy. Air mata ialah panggilan bagiku. Aku datang membawa sukacita bagi anak-anak yang membutuhkannya." Ujarnya menyilangkan kedua tangan di belakang kepala.
Wendy menggeleng pelan, matanya tajam menatap ke depan. Bocah yang aneh. Kamarnya berada di lantai dua. Bagaimana mungkin ia bisa naik kesini?
Peter memalingkan pandangan pada pintu kamar, sejenak melirik kehampaan.
"Mary kelihatan sangat berbeda." Katanya.
"Kau mengenal ibuku?" Ucap Wendy tak percaya.