"Kau bilang kau seorang pendongeng, bisakah kau menceritakan satu dongeng padaku?" tanya Ouhm sembari menyeruput teh.
"Dongeng yang ku tahu hanyalah dongeng anak-anak. Tentu tidak akan menarik bagimu."
"Aku tidak pernah mendengar satu dongeng pun saat aku masih bocah. Mungkin aku bisa menceritakannya kembali pada putriku. Ayolah, anggap saja bayaran untuk air sumur dan tehku."
Haka menatap lekat-lekat gelas ditangannya. Senyum menyimpul dan sejenak kemudian ia melanjutkan.
"Kurasa itu memang harga yang pantas untuk kebaikanmu. Baiklah, jika tuan memaksa."
Lelaki itu mengeluarkan sebuah pipa dari jubahnya. Sebuah seruling, namun ukuranya terlalu panjang bahkan jika digunakan oleh musisi kerajaan di pesta dansa. Lebih mencengangkan lagi, benda itu terbuat dari logam, bahan yang tidak biasa untuk dijadikan suling apalagi untuk dibawa bepergian. Benda seperti itu pastilah mahal harganya. Jika ia bertemu bandit di perjalanan, seruling tersebut akan jadi benda pertama yang diambil.
Ia mengusap-usap lubang tiup pada seruling dengan jubah lalu dengan mantap meletakannya dibawah bibir.
"Jika tuan tidak keberatan, aku terbiasa bercerita sambil bermain suling."
"Tentu saja." Jawab Ouhm memasang telinga.
Haka menutup mata.
Satu detik,