Mohon tunggu...
Aris Munandar
Aris Munandar Mohon Tunggu... Penulis - Foto : Aris Munandar saat sedang berkunjung ke kantor Kepala Staf Presiden

Berfisik Lokal Bermental

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

New Normal Dipusaran PSBB

1 Juni 2020   23:45 Diperbarui: 1 Juni 2020   23:55 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia yang pertama kali mengemukakan istilah ini melalui artikel Polly LaBarre berjudul "The New Normal" di majalah Fast Company pada tanggal 30 April 2003. Menurutnya Normal Baru adalah suatu waktu dimana kemungkinan besar umat manusia bersedia bermain dengan aturan baru untuk jangka panjang.

Kemudian istilah tersebut kembali dipopulerkan lagi oleh Rich Miller dan Matthew Benjamin melalui artikel berjudul "Post-Subprime Economy Means Subpar Growth as New Normal in U.S." yang di muat di Bloomberg.

Setahun kemudian, istilah itu kembali mencuat setelah Paul Glover menulis di kolom opini berjudul "Prepare for the Best" yang ditanykan melalui media daring Philadelphia Citypaper pada 29 Januari 2009. Oleh Glover, normal baru sebagai panduan bagi warga Kota Philadelphia dalam menghadapi isu global warming. 

Menurutnya normal baru dalam konteks mengahadapi isu lingkungan akibat pemanasan global karena masa depan dunia yang sangat memperhatikan. Dirasa istilah New Normal itu semakin menarik, sehingga dijadikan sebagai salah satu tema dalam debat calon Presiden AS antara Barack Obama dan Mitt Romney pada tahun 2012 silam.

Seiring berkembang zaman, istilah itu kemudian banyak diadopsi diberbagai lini kehidupan. Tetapi istilah ini sebenarnya lebih sering digunakan dalam dunia ekonomi-bisnis bertujuan agar mengingatkan kepercayaan para ekonom dan pembuat kebijakan suatu Negara bahwa ekonomi industri akan kembali ke cara terbaru mereka setelah krisis keuangan tahun 2007-2008.

Disinilahawal mula istilah itu digunakan dalam berbagai konteks lain untuk menyiratkan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak normal telah menjadi biasa. Pun demikan dengan berbagai Negara dibelahan dunia yang tengah menghadapi pandemi akibat Covid-19.

Merujuk dari himbauan dari tim dokter University of Kansas Health System beberapa waktu yang lalu memungkinkan ada perubahan perilaku kehidupan sehari-hari agar membatasi kontak fisik manusia yang sebelumnya adalah aktivitas biasa seperti berjabat tangan dan berpelukan, namun menghadapi normal baru ini agar ada pembatasan kontak fisik orang ke orang, seperti berjabat tangan dan pelukan. Inilah yang diadopsi oleh semua Negara termasuk Indonesia.

Kendati demikian, normal baru yang diadopsi kedalam konteks pandemi ini telah terbukti gagal. Sebagai kelinci percobaan, Korea Selatan merupakan Negara uji coba pertama di dunia yang menerapkan New Normal. 

Namun apa yang terjadi pasca penerapan normal baru? Kini negeri Ginseng itu melaporkan telah mengalami lonjakan kasus gelombang kedua Covid-19 akibat menerpakan normal baru.

Komitmen dan Konsistensi Pemerintah Diuji Publik

Jika ada yang bertanya, mengapakah pemerintah kerap kali mengeluarkan kebijakan yang inkonsisten? Sebelum pertanyaan itu dijawab alangkah kita akan berbalik bertanya, memangnya sejak kapan pemerintahan Jokowi konsisten dalam pengambilan keputusan suatu kebijakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun