Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Tanpa PR: Mendidik atau Memanjakan?

28 Juli 2024   19:39 Diperbarui: 30 Juli 2024   09:00 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PR seharusnya bukan beban, tapi tantangan. Tantangan untuk berpikir kritis, untuk belajar mandiri, dan untuk mengatur waktu.

Namun, PR juga harus realistis. Jangan sampai PR menjadi momok yang menakutkan, yang justru membuat anak-anak benci belajar.

Seorang guru yang bijak akan memberikan PR yang bermakna, yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, yang merangsang rasa ingin tahu dan kreativitas. PR bukan tentang kuantitas, tapi kualitas.

Saya mencoba menerawang kembali masa kecil dahulu dimana PR juga bisa menjadi momen kebersamaan keluarga.

Saat anak mengerjakan PR, orang tua bisa mendampingi, memberikan dukungan, dan bahkan belajar bersama. Ini adalah kesempatan emas untuk membangun ikatan keluarga yang erat.

Teknologi dan PR: Musuh atau Sahabat?

Sekarang, mari kita bahas tentang teknologi. Di satu sisi, teknologi bisa menjadi alat bantu yang luar biasa dalam pendidikan. Dengan bantuan teknologi, PR bisa menjadi lebih menarik dan interaktif.

Misalnya, tugas membuat video presentasi atau mengerjakan soal-soal interaktif online. Anak-anak bisa belajar sambil bermain, dan PR tidak lagi terasa seperti beban.

Namun, di sisi lain, teknologi juga bisa menjadi gangguan besar. Bayangkan anak-anak yang seharusnya mengerjakan PR, tapi malah asyik bermain game atau berselancar di media sosial. PR bisa kehilangan esensinya jika tidak diawasi dengan baik.

Maka dari itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam mengarahkan penggunaan teknologi agar bermanfaat. Jangan sampai PR justru membuat anak-anak terisolasi dengan gadget mereka. PR harus menjadi jembatan, bukan penghalang.

PR dan Kesehatan Mental

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun