Kita semua tahu cerita "Tukang Bubur Naik Haji". Si tukang bubur ini sukses karena usahanya tidak main-main. Dari pagi buta sudah mengaduk bubur, menata gerobak, dan melayani pelanggan dengan senyuman.Â
Kalau dia cuma duduk-duduk nunggu pelanggan datang, mungkin ceritanya bakal beda, jadilah: "Tukang Bubur Ditinggal Pelanggan". Nah, janganlah sampai mimpi besar kita berakhir seperti judul sinetron yang terpaksa berhenti tayang karena rating rendah.
Mimpi Besar Butuh Pengorbanan Besar
Hidup ini bukan untuk bermalas-malasan, tetapi untuk bekerja keras mewujudkan mimpi kita. Mau bilang kalimat ini klise, ya silakan, tapi sependek pengetahuan saya, kalimat sudah teruji kok.Â
Filosofi ini menggambarkan bahwa setiap mimpi besar membutuhkan pengorbanan besar. Jangan mengeluh kalau usahamu berat, karena memang begitu hukumnya. Kalau mau ringan-ringan saja, ya jangan bermimpi yang tinggi-tinggi.
Para Penjilat Mimpi
Ada juga mereka yang mengaku punya mimpi besar tapi malas berusaha. Mereka ini ibarat penjilat mimpi. Sibuk mengkhayal dan berharap nasib baik tiba-tiba menghampiri tanpa usaha nyata. Mereka lupa bahwa mimpi besar itu butuh kaki yang kuat untuk mengejarnya, bukan cuma mulut yang manis merangkai kata.
Kalau mau sukses, ya harus berusaha tanpa kenal lelah. Buatlah rumus sederhana tentang kerja keras dan konsistensi. Ketika kita punya mimpi besar, usaha kita harus terus-menerus dan berkelanjutan.Â
Misalnya, kalau ingin jadi penulis terkenal, tidak cukup hanya menulis satu-dua artikel lalu berharap langsung viral. Butuh menulis setiap hari, membaca, dan terus belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan.
Jika Anda bermimpi dalam tidur, itu sebenarnya titipan Tuhan yang sangat besar, apalagi mimpi menyangkut nasib baik Anda supaya jadi nyata. Maka kejarlah karena usaha kita adalah ibadah untuk meraihnya.Â
Jadi, kalau kita bermimpi besar, itu artinya kita diberi amanah oleh Tuhan untuk mewujudkannya dengan usaha yang sungguh-sungguh.