Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jika Mimpimu Besar, Usahamu Tidak Boleh Kecil

18 Juli 2024   18:25 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:33 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Seandainya Superman cuma pakai sandal jepit dan naik sepeda ontel untuk menyelamatkan dunia, apa kira-kira bakal banyak yang percaya? Begitu juga dengan kita. Kalau mimpimu sebesar Gunung Semeru, ya usaha Anda tidak boleh cuma setinggi gundukan pasir di pantai. Hidup ini ibarat mencetak gol di tengah hujan deras. Kalau cuma lari-lari kecil di pinggir lapangan, menikmati guyuran air, kapan bisa mencetak gol?

Ketika Mimpi dan Usaha Tak Sejalan

Dalam sebuah seminar motivasi, ada seorang peserta yang berdiri dengan penuh semangat, "Saya punya mimpi ingin jadi orang tajir melintir!" katanya dengan lantang. Sang pembicara tersenyum, dan bertanya, "Apa yang sudah kamu lakukan untuk meraih mimpimu itu?" Dengan muka agak kecut, peserta itu menjawab, "Saya masih menunggu warisan dari kakek saya." Nah, ini dia problematika banyak orang. Mimpi besar, tapi usaha yang dilakukan setara dengan menunggu keajaiban turun dari langit.

Mengukur Mimpi dengan Usaha

Jadi, bagaimana sih seharusnya kita mengukur usaha yang sesuai dengan mimpi kita? Pertama, kita harus realistis. Mimpi itu gratis, tapi mewujudkannya perlu usaha yang tidak gratis. Kalau ingin jadi dokter, jangan cuma berdoa sambil rebahan. Harus kuliah, belajar anatomi, magang di rumah sakit. Usaha yang besar ini harus direncanakan dengan matang, tidak bisa asal-asalan.

Kita semua tahu cerita "Tukang Bubur Naik Haji". Si tukang bubur ini sukses karena usahanya tidak main-main. Dari pagi buta sudah mengaduk bubur, menata gerobak, dan melayani pelanggan dengan senyuman. Kalau dia cuma duduk-duduk nunggu pelanggan datang, mungkin ceritanya bakal beda, jadilah: "Tukang Bubur Ditinggal Pelanggan". Nah, janganlah sampai mimpi besar kita berakhir seperti judul sinetron yang terpaksa berhenti tayang karena rating rendah.

Mimpi Besar Butuh Pengorbanan Besar

Hidup ini bukan untuk bermalas-malasan, tetapi untuk bekerja keras mewujudkan mimpi kita. Mau bilang kalimat ini klise, ya silakan, tapi sependek pengetahuan saya, kalimat sudah teruji kok. Filosofi ini menggambarkan bahwa setiap mimpi besar membutuhkan pengorbanan besar. Jangan mengeluh kalau usahamu berat, karena memang begitu hukumnya. Kalau mau ringan-ringan saja, ya jangan bermimpi yang tinggi-tinggi.

Para Penjilat Mimpi

Ada juga mereka yang mengaku punya mimpi besar tapi malas berusaha. Mereka ini ibarat penjilat mimpi. Sibuk mengkhayal dan berharap nasib baik tiba-tiba menghampiri tanpa usaha nyata. Mereka lupa bahwa mimpi besar itu butuh kaki yang kuat untuk mengejarnya, bukan cuma mulut yang manis merangkai kata.

Kalau mau sukses, ya harus berusaha tanpa kenal lelah. Buatlah rumus sederhana tentang kerja keras dan konsistensi. Ketika kita punya mimpi besar, usaha kita harus terus-menerus dan berkelanjutan. Misalnya, kalau ingin jadi penulis terkenal, tidak cukup hanya menulis satu-dua artikel lalu berharap langsung viral. Butuh menulis setiap hari, membaca, dan terus belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun