"Jqustru itu, saya ini ga suka makan nasi, orang bule aja ga makan nasi,"
"Ga suka, apa ga ke beli pak?"
"Bisa aja kamu dek, diminum kopinya". Seolah dia menjadi tuan rumah, padahal kopinya dibeli pakai duitku. "Sudah sering dek, orang kayak kamu yang kesini buat nemuin cewek itu".
Aku tersedak dengan kopi yang mau kuseruput,"APA?"
"Ya begitulah, jadi saya yang keberapa pak?". Aku mengibaratkan aku ini seperti selingkuhan yang keberapa... aneh, tapi ini yang kurasakan.
"Ga tau dek, kayaknya minggu ini sudah ada 3 orang sebelum kamu. Tapi cuma kamu yang beda, kamu dua kali kesini, yang lainnya langsung pergi". Matanya melirik dan menyeruput kopinya lagi, "Adek tinggal dimana?".
"Di kalimalang pak".
"Oo deket lah". Dan kami mulai cerita saling mengisi waktu dan kopi yang hampir habis, sampai beberapa lama suara koor mulai terdengar berhenti, berganti dengan tepuk tangan keras. "Itu sepertnya sudah selesai, adek menunggulah kesana".
Aku berdiri di depan lorong. dan melihat beberapa orang keluar bersamaan, aku melihat wanita itu keluar sedang bercengkrama dengan seseorang. Dia tidak memperhatikan aku, "Mbak". Aku memanggilnya. untungnya dia mendengar dan menghampiri aku.
"Ada apa lagi"
"Ada surat lagi", aku tidak secanggung tadi. Mungkin karena ada uang setengah juta di kantongku.