Mohon tunggu...
Arini Rachmatika
Arini Rachmatika Mohon Tunggu... Ilustrator - heuheu

i write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karcis Parkir dalam Wacana Sosiologi Desain

26 November 2019   20:46 Diperbarui: 26 November 2019   21:27 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

ANALISIS

Membahas kehidupan sosial, tidak akan terlepas dari manusia sebagai subjek utamanya. Hal itu didukung oleh adanya kedekatan antara manusia dengan hubungan sosial, baik melalui interaksi maupun komunikasi, karena hubungan tersebutlah yang akan membentuk perilaku sosial.

Dalam ruang lingkup sosial, juga tidak akan jauh dari proses saling mempengaruhi dan mengendalikan tingkah laku orang lain. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang berpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan teori-teori yang sudah dijabarkan sebelumnya, Teori Power dirasa cocok dengan topik yang akan dibahas tentang karcis parkir menurut wacana desain ini. Jenis power yang digunakan oleh tukang parkir yang tidak tertib adalah Force. Force hadir dalam bentuk paksaan yang dimainkan si juru parkir untuk meminta tarif yang lebih tinggi dari yang ditentukan. Juru parkir juga diposisikan sebagai Agency karena mereka menentukan tarif sendiri yang tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah. Sementara itu, pemerintah memiliki Authority dalam menertibkan penyelewengan sistem parkir terutama pada karcis parkir dengan menerbitkan UU dan menentukan tarif resmi.

Di sisi lain, pemilik kendaraan juga memiliki force untuk menuntut selama ia juga masih memegang karcis parkir tersebut. Karena di karcis itu tertera tarif yang sudah ditentukan pemerintah dan itu menjadi bukti yang dapat dipakai bila ia ingin mempertahankan kebenaran tersebut. Namun, karena sebagian besar pemilik kendaraan ingin menghindari konflik yang biasanya dikarenakan untuk mempersingkat waktu, power yang dimiliki oleh pemilik kendaraan justru menjadi hilang.

Menurut Teori Interaksionisme Simbolik, karcis parkir bisa dimaknai berbeda bagi setiap individu, sebagai contoh; juru parkir memaknai karcis sebagai alat penukar uang, sementara bagi si pemilik kendaraan, karcis adalah bukti jaminan keamanan kendaraannya.

Berkaitan dengan teori konflik, konflik juga sudah pasti muncul dalam karcis parkir seperti contoh tadi; adanya mark up dikarenakan perbedaan kepentingan, misalnya, juru parkir yang berkepentingan dalam mendapatkan penghasilan lebih bertentangan dengan pemilik kendaraan yang mengharapkan keamanan kendaraannya.

Sementara menurut Teori Pertukaran, alasan sistem parkir tetap bertahan sampai sekarang adalah karena timbulnya reaksi positif masyarakat. Hal ini menunjukkan terbentuknya pola hubungan antara lingkungan dengan sistem parkir

KESIMPULAN

Melalui karcis parkir, kita dapat mempelajari mengenai hubungan sosial seperti interaksi dan komunikasi. Interaksi dan komunikasi membentuk sebuah perilaku sosial pada manusia, dalam hal ini adalah juru parkir dan pemilik kendaraan yang menggunakan layanan parkir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun