Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pelarian-Pelarian [Part 4 Tamat]

5 Januari 2025   06:24 Diperbarui: 5 Januari 2025   09:07 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini ada sedikit uang untuk ongkos dan biaya hidup barangkali cukup buat semingguan. Saya sarankan kalian pergi ke luar pulau, lebih baik ke Kalimantan. Pastikan di jam 11 malam yang seharusnya ritual itu dilakukan, kalian sudah tidak ada di pulau Jawa. Maaf, saya tidak bisa mengantar sampai bandara, tapi tenang saja, kata Bapak pemilik pick up, saudaranya bersedia mengantarkan kalian ke bandara menggunakan mobil yang lebih memadai."

Kami menghaturkan banyak terima kasih pada Gala yang pertolongannya begitu beresiko dan berarti. Gala dipeluk hangat oleh Ayah, Mama mengelus-elus punggungnya dengan sayang. Kami berempat terjebak dalam momen singkat yang sangat emosional. Sebelum berangkat, Ia meminta izin ke Mama dan Ayah untuk membawaku ke luar sebentar.

Di dekat motor RX-KING-nya yang terparkir di halaman, kami berdiri berhadapan. Gala merogoh sesuatu dari sakunya dan memasangkannya ke pergelangan tanganku. Gelang tali. Serupa dengan yang ia pakai.

"Gue mau kasih ini pas kelulusan SMA, cuma lo judes banget sih," kekehnya.

Berlanjut ia menanyakan ponselku, kukeluarkan benda pipih itu dari saku jaket yang terakhir kulihat baterainya sudah sekarat. Gala mengetikkan sesuatu yang kuyakini nomor telepon.

Ia mengembalikan ponselku sambil berkata, "Nomor lama dan semua sosmed lo udah nggak aktif. Gue jadi kesulitan ngehubungi lo. Nomor gue udah ada di hp lo. Tolong hubungi gue kalau posisi lo udah aman. Jarak boleh jauh, komunikasi jangan terputus."

Aku mengangguk tangis yang kutahan membuat tenggorokan serasa ada yang menjegal.

"Jaga diri lo baik-baik," katanya sok tegar.

"Lo juga," lirihku. 

Tangannya yang besar mengelus-elus lembut pucuk kepalaku. Ia menatapku sendu, kesedihan di matanya berusaha dimanipulasi oleh senyuman manisnya. Senyuman yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Gala yang kukenal sangat menjengkelkan itu raib, di depanku adalah Gala versi terbaiknya. Ia beranjak menaiki tunggangannya, aku membantu menguncikan chin strap helmnya.

"Gue yakin secepatnya kita bakal ketemu lagi," katanya. "Gue pamit, ya. Bye Agni!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun