Setelah Gala mengatakan demi "keselamatan" tidak ada alasan lain bagi kami melontarkan lebih banyak tanya lagi. Kami bergegas mengemasi barang-barang yang jumlahnya tidak seberapa. Kami keluar beringin, Ayah menuntun Mama, aku dituntun Gala.
Kami berlarian dengan bantuan cahaya senter yang dibawa Gala. Mobil yang sudah diparkiran ternyata jenisnya pick up.
"Saya minta maaf, karena waktu yang sangat mendesak, saya cuma bisa mencari orang dengan mobil pick up."
Kami menggeleng tak mempersalahkan. Sehubungan Mama masih demam aku meminta pada Gala, agar orangtuaku yang di dalam bersama sopir. Gala tidak keberatan, ia menemaniku di bak belakang. Aku menaiki bak dengan bantuannya. Ini akan jadi perjalanan paling menguji nyaliku.
Aku duduk bersisian bersama Gala, punggung kami bersandar ke kepala mobil dan tangan kiri memegang palang besi di belakang. Mobil mulai bergerak lampunya membelah gelap yang pekat. Di bak terbuka aku dan Gala bisa melihat leluasa alam bebas yang gelap nan menyeramkan.
"Jangan takut, ada gue," bisik Gala.
"Makasih," sahutku pelan.
Menempuh perjalanan di malam hari menyusuri hutan, selain dihantui takut dan ngeri, juga diserang dingin yang membekukan. Peka aku kedinginan, tiba-tiba saja tangan Gala menggenggam tanganku sangat erat. Suhu tubuhnya yang masih terasa hangat, seolah mengalirkan ketulusan. Sentimen negatif yang sempat aku sematkan, buyar begitu saja seakan terbawa angin lalu ditelan gulita malam.
***
Untuk sampai ke desa terdekat butuh kurang lebih satu jam setengah perjalanan. Kami dibawa agak ke dalam pemukiman dan singgah di rumah pemilik mobil. Di tengah keterbatasan waktu, Gala menceritakan semuanya. Sederet fakta yang dibeberkan sangat mencengangkan dan mengiris hati.
Intinya, kami hendak ditumbalkan oleh Om Tama dengan melewati ritual khusus. Ritual itu akan berlangsung besok tepat pukul 11.00 malam, Gala tidak menjelaskan detail ritualnya karena ia pun tidak mendapatkan informasi lebih banyak. Om Tama kerap muncul sebagai pahlawan bagi orang-orang yang ditargetkannya. Orang-orang itu yang bernasib seperti kami, jika kami hilang ditelan bumi sekalipun, orang-orang tidak akan menaruh peduli.