Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kesunyian di Terminal Giwangan, Yogyakarta

20 Mei 2023   16:10 Diperbarui: 27 Mei 2023   21:53 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantai satu terminal memang difungsikan untuk aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan jenis angkutan, sedangkan lantai kedua untuk aktivitas para pengguna jasa transportasi,  ruang tunggu,  dan berbagai fasilitas penunjang lain. Dengan beragam pengaturan dan fasilitas yang tersedia,terminal ini memang tidak lagi menggambarkan sebuah terminal yang semarawut, kumuh, dan menyeramkan. 

Kios Terminal Giwangan (Dokpri)
Kios Terminal Giwangan (Dokpri)

Terminal Giwangan Kini 

Namun, keberadaan terminal yang begitu bersih, indah dan nyaman ternyata hanya bisa diniktari dalam waktu sekajap saja. Beragam fasilitas yang tersedia tidak terawat, mulai rusak, dan sebagian mulai hancur.

Sekarang, kita begitu sulit untuk mendapatkan toiter di lantai dua, karena sebagian sudah ambruk. Kita tak akan lagi mendapatkan beragam agen bus. Kita tak lagi nyaman menikmati istirahat di ruang tunggu lantai dua. 

Kondisi kios-kios di lantai dua yang semakin menyeramkan ketika senja mulai datang. Kondisi fasititas toilet tak bisa digunakan. Tak ada lagi ada penerangan yang cukup di lantai dua. Apalagi aktivitas penumpang atau agen-agen bus menunggu penumpang tak akan lagi bisa ditemui, tak ada lagi aktivitas jualan tiket. Suasana sepi dan menyeramkan pun datang saat matahari mulai meredup. 

Ruang tunggu tanpa penunggu (Dokpri)
Ruang tunggu tanpa penunggu (Dokpri)

Apalagi sejak pandemi, ribuan transportasi umum tak lagi mampu berdiri. Semakin jarang bus-bus antardaerah masuk terminal Giwangan, semakin jarang bus-bus antarkota mencari penumpang dan masuk Terminal Giwangan. Bahkan kehidupan di terminal ini hanya sebatas matahari ada. Kondisi terminal sungguh menyedihkan dan menyesahkan dada.

Padahal, ketika saat pertama kali diresmikan, terminal ini begitu hidup dan ramai dengan ribuan penumpang. Kegiatan ekonomi tumbuh dan menghidupi ribuan awak bus di sepanjang lantai dua. 

Kesunyian terminal Giwangan semakin pekat ketika malam tiba. Begitu sulitnya untuk mendapatkan transportasi ke berbagai daerah ketika senja tiba. Begitu menyeramkannya masuk terminal ketika malam tiba. Terminal megah itu kini sunyi, sepi, bahkan terasa menyeramkan.

Saatnya pemerintah beraksi agar  perusahaan-perusahaan bus hidup kembali dan masyarakat bangga untuk menikmati kenyamanan sebuah terminal. Karena Yogyakarta selalu dikenal sebagai Kota Budaya dan Kota Pelajar bagi jutaan masyarakat Indonesia. Yogyakarta adalah kota kenangan yang tak akan terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun