Lantai satu terminal memang difungsikan untuk aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan jenis angkutan, sedangkan lantai kedua untuk aktivitas para pengguna jasa transportasi, Â ruang tunggu, Â dan berbagai fasilitas penunjang lain. Dengan beragam pengaturan dan fasilitas yang tersedia,terminal ini memang tidak lagi menggambarkan sebuah terminal yang semarawut, kumuh, dan menyeramkan.Â
Terminal Giwangan KiniÂ
Namun, keberadaan terminal yang begitu bersih, indah dan nyaman ternyata hanya bisa diniktari dalam waktu sekajap saja. Beragam fasilitas yang tersedia tidak terawat, mulai rusak, dan sebagian mulai hancur.
Sekarang, kita begitu sulit untuk mendapatkan toiter di lantai dua, karena sebagian sudah ambruk. Kita tak akan lagi mendapatkan beragam agen bus. Kita tak lagi nyaman menikmati istirahat di ruang tunggu lantai dua.Â
Kondisi kios-kios di lantai dua yang semakin menyeramkan ketika senja mulai datang. Kondisi fasititas toilet tak bisa digunakan. Tak ada lagi ada penerangan yang cukup di lantai dua. Apalagi aktivitas penumpang atau agen-agen bus menunggu penumpang tak akan lagi bisa ditemui, tak ada lagi aktivitas jualan tiket. Suasana sepi dan menyeramkan pun datang saat matahari mulai meredup.Â
Apalagi sejak pandemi, ribuan transportasi umum tak lagi mampu berdiri. Semakin jarang bus-bus antardaerah masuk terminal Giwangan, semakin jarang bus-bus antarkota mencari penumpang dan masuk Terminal Giwangan. Bahkan kehidupan di terminal ini hanya sebatas matahari ada. Kondisi terminal sungguh menyedihkan dan menyesahkan dada.
Padahal, ketika saat pertama kali diresmikan, terminal ini begitu hidup dan ramai dengan ribuan penumpang. Kegiatan ekonomi tumbuh dan menghidupi ribuan awak bus di sepanjang lantai dua.Â
Kesunyian terminal Giwangan semakin pekat ketika malam tiba. Begitu sulitnya untuk mendapatkan transportasi ke berbagai daerah ketika senja tiba. Begitu menyeramkannya masuk terminal ketika malam tiba. Terminal megah itu kini sunyi, sepi, bahkan terasa menyeramkan.
Saatnya pemerintah beraksi agar  perusahaan-perusahaan bus hidup kembali dan masyarakat bangga untuk menikmati kenyamanan sebuah terminal. Karena Yogyakarta selalu dikenal sebagai Kota Budaya dan Kota Pelajar bagi jutaan masyarakat Indonesia. Yogyakarta adalah kota kenangan yang tak akan terlupakan.