Mohon tunggu...
Arif Uopdana
Arif Uopdana Mohon Tunggu... Lainnya - uopdana 1993

Fakir ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Pertambangan di Nusantara (Indonesia) dari Masa VOC hingga Orde Baru

21 Mei 2020   16:07 Diperbarui: 22 Mei 2020   14:33 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang tahun 1920, sesuai dengan rencana pemerintah Hindia-Belanda menjadikan Bandung sebagai ibukota Hindia-belanda, maka dilakukan persiapan untuk memindahkan kantor Mijnwezen ke Bandung. Departement Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum) yang membawahi Mijnwezen dan menempati gedung sate. Pada tahun 1922, lembaga Mijnwezen ini berganti nama menjadi Dienst van den Mijnbouw.

Pada tahun 1928, Pemerintah Hindia-Belanda mulai membangun gedung Geologisch Laboratorium yang terletak di jalan Wilhelmina Boulevard untuk kantor "Dienst van den Mijnbow" dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929. Selanjutnya gedung ini dipergunakan untuk peneyelenggaraan acara Pasific Science Congress ke IV. Gedung ini sekarang bernama museum Geologi, yang beralamat di jalan Diponegoro No. 57 Bandung.

Untuk meningkatkan pencarian bahan galian tambang di luar Jawa dibentuklah “Mijnbouwkunding-Geologische Onderzoekingen” dan pada tahun 1939 bagian ini berubah nama menjadi ”Geologische Dienst”. Hasil berbagai macam peneyelidikan , pemetaan, dan eksplorasi berupa laporan diterbitkan secara berkala dalam Javasche Courant dan Jaarboek Van het Mijnwezen, dan dalam beberapa jenis terbitan yang lain.

Pada tahun 1936, dalam ekspedisi cartenz. Oleh A.H. Colijn, F J Wissel dan geology Jean-Jacques Dozy berkebangsaan Belanda melakukan pendakian ke gletser Jayawijaya di Irian Jaya dan menemukan potensi mineral tembaga,dan emas di gunung bijih yang kemudian berganti nama menjadi Ertsberg.

Pada tahun 1940, Cebakan bijih emas primer yang ditemukan di daerah Cikotok mulai diproduksi dan diusahakan oleh perusahaan Zuid Bantam (Anonim, 1998). 

Pembangunan tambang emas Cikotok dilakukan oleh "N.V Mynbouw Maatschappy Zuid Bantam (NV.MMZB)" pada tahun 1936 sampai 1939, pada saat itu pabrik di Pasirgombong untuk pertama kalinya berproduksi. Cadangan bijih emas pada waktu itu adalah sebesar 569.041 ton dengan kadar Au 8,4 g/ton dan Ag 481 g/ton. 

Tambang emas Cikotok dan Cikondang dan sejumlah tambang emas di Sumatera (Simau, Lebong, Simpang, Manggani, Logas, dan Meulaboh) serta tambang emas di Sulawesi Utara (Tapaibekin) tetap berjalan walaupun pecah Perang Dunia II.

Penjajahan Jepang (1942-1945)

Beralih ke masa invasi Jepang ke Indonesia. Pada masa itu, kantong-kantong industri Belanda sengaja dihancurkan dengan politik “Bumi Hangus”, sehingga pada masa-masa itu pertambangan Belanda tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk digunakan oleh penjajah Jepang. Segala dokumen Dienst van den Mijnbouw diganti namanya oleh jepang menjadi Chisitsu Chosasho

Tidak banyak dokumen tentang pertambangan di masa colonial Jepang yang hanya 3 tahun menduduki Nusantara. Salah satu peninggalan jepang yaitu tambang batubara di Bayah, Banten yang pada saat itu dikelola oleh  Bayah Kozan Sumitomo Kabushiki Kaisya.

Setelah Agresi militer ke-2 dan pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949 (Periode  1950-1966)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun