Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pembangkangan dan Kekalahan

19 Desember 2020   11:00 Diperbarui: 19 Desember 2020   11:03 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikutnya, Jawa Barat yang jadi front sengketa. Ridwan Kamil gerah terus disalahkan atas sejumlah pelanggaran protokol kesehatan. Entah dapat nyali darimana, tiba-tiba Gubernur Jawa Barat yang kerap main aman dalam menyampaikan pendapat ini, dilalah berani menyerang pusat. 

Tak tanggung-tanggung, yang ditohok secara langsung (tanpa bahasa sindiran atau kiasan) adalah Mahfud MD. Dua tokoh dengan masa simpatisan fanatik ini, saling menyalahkan soal keramaian yang disebabkan tokoh agama yang kini berada di jeruji besi . Belakangan Gubernur Banten pun turut bersuara, senada dengan Ridawn Kamil, ia pun menolak jadi 'kambing hitam'.

Vaksin Gratis

Pamungkasnya baru kejadian 2 hari silam, soal vaksin. Sebelumnya, Menteri Kesehatan membuat dua skema distribusi vaksin, yang berbayar dan subsidi. Namun tak lama kemudian, sebagaimana kebijakan-kebijakan sebelumnya yang terlambat dieksekusi, pak Jokowi mengumumkan bahwa vaksin diberikan gratis untuk semua masyarakat.

Penyebaran virus Corona pada dasarnya terstruktur, menular dari satu orang ke orang lainnya, sehingga bisa di track dan trace. Karena sifat virus mudah menular, maka penyebarannya dengan cepat menjadi masif. Kondisi seperti ini, dibutuhkan respon yang juga sama, terstruktur dan masif. Namun entah bagaimana, sejak tanggap darurat pandemi ditalu bulan Maret lalu, sudah berkali-kali rakyat disajikan dengan pemandangan silang pendapat antar pemerintahan sendiri. Jauh dari kata terstruktur, dan sama sekali tidak masif.

Ini mengingatkan saya pada teori Imposible Triangle dalam manajemen, bahwa tidak semua hal bisa diperoleh seluruhnya dengan imbal hasil yang sama baiknya. Membangun rumah misalnya, kita tidak bisa merelisasikannya dengan cepat, berbiaya murah dengan kualitas yang bagus. Untuk hasil yang bagus dan cepat, perlu biaya yang mahal. 

Sebaliknya, jika mau murah, maka pembangunan rumah harus dikerjakan dengan jumlah tukang yang sedikit dengan bahan baku ekonomis, otomatis harus dikerjakan dalam waktu yang lama dengan kualitas rendah. Lion Air misalnya, menjadi penerbangan murah, namun sering delay, sebaliknya maskapai Garuda, punya kualitas yang baik, namun harga tiketnya lebih mahal. Ketika dipaksakan untuk mendapatkan 3 hal sekaligus, biaya murah, berkualitas dengan proses yang bagus, maka produknya justru akan medioker, alias biasa-biasa saja.

Dalam penanganan wabah pun sama, kita berhadapan dengan 3 hal penting, Kesehatan, Ekonomi dan Politik, yang ketiganya tak bisa ditangani bersamaan dengan harapan untuk mendapatkan imbal hasil yang sama baiknya. Maka dalam hal ini, pemerintah harus memilih skala priortas yang jelas. 

Keputusan bahwa kesehatan adalah skala prioritas utama adalah pilhan benar, karena inilah sumber kebocoran yang membuat ekonomi dan politik tak bergerak. Namun yang tak kalah penting, adalah eksekusi dilapangan pun harus sesuai dengan misi ini. Yang secara kongkrit kita lihat saat ini, justru pemerintah tidak punya skala prirotas. 

Berusaha menangani semuanya dengan harapan mendapatkan imbal hasil yang sama baiknya. Alhasil, sebagaimana teori Imposible Triangle, akhirnya tak satu pun yang kelar. Jumlah pasien positif terus bertambah, ekonomi babak belur, politik pun berantakan dengan sejumlah calon pemimpin daerah yang terpapar, bahkan ada yang meninggal. Parahnya dari akumulasi kebijakan pemerintah yang semburat akar ini, tumbalnya adalah rakyat, yang harus membayar baik secara material, pun moril. 

Maka tak berlebihan rasanya, jika refleksi akhir 2020 ini kita sebut sebagai tahun perlawanan menghadapi Covid-19, yang sayangnya, harus secara jantan diakui, belum bisa kita klaim kemenangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun