Namun, pelajaran berharga dari para ayah hebat seperti Nabi Ibrahim AS menunjukkan bahwa cinta dan kedekatan dapat diwujudkan dengan berbagai cara, bahkan dalam kondisi yang sulit sekalipun.Â
Sebagai contoh, ayah dapat menggunakan momen-momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari untuk mempererat ikatan dengan anak-anak mereka.
Salah satu cara efektif adalah dengan menunjukkan ketulusan dan kejujuran dalam setiap interaksi. Remaja memiliki intuisi yang tajam; mereka bisa merasakan apakah orang tua mereka benar-benar peduli atau hanya sekadar berbasa-basi. Penelitian dari American Psychological Association (APA) mengungkapkan bahwa remaja yang merasakan ketulusan dalam hubungan dengan orang tua mereka, terutama ayah, lebih cenderung memiliki hubungan yang harmonis dan lebih sedikit mengalami konflik keluarga.Â
Ketika ayah berbicara dengan jujur, terbuka, dan penuh kasih sayang, anak-anak merasa dihargai dan lebih mungkin untuk membuka diri tentang perasaan dan pikiran mereka. Koneksi berkualitas tinggi dengan orang tua, terutama ayah, meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi remaja, berkontribusi positif bagi perkembangan mereka("The Importance of Family, Peer, and Romantic Relationships on Adolescent Development", 2023).
Selain itu, seorang ayah hebat juga harus memiliki keberanian untuk menetapkan batasan yang jelas tanpa kehilangan kelembutan. Mungkin terdengar kontradiktif, tetapi cinta sejati justru ditunjukkan dengan menetapkan aturan dan batasan yang masuk akal. Remaja sering kali mencari kebebasan, tetapi mereka juga membutuhkan struktur yang memberikan rasa aman. Menurut penelitian dari Journal of Youth and Adolescence, remaja yang dibesarkan dalam lingkungan dengan batasan yang jelas, namun tetap penuh kasih, cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik dan lebih sedikit terlibat dalam perilaku berisiko.Â
Remaja yang dibesarkan di lingkungan yang ditandai dengan batas-batas yang jelas dan kehangatan cenderung menunjukkan pengendalian diri yang lebih baik dan kurang terlibat dalam perilaku berisiko. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan rumah yang memelihara, yang mencakup struktur yang memadai dan dukungan orang tua, menumbuhkan fungsi adaptif selama tahap perkembangan kritis ini (Xv 2024)
Selain batasan, penting pula bagi ayah untuk mencontohkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya Nabi Ibrahim AS, seorang ayah yang hebat adalah teladan yang nyata bagi anak-anaknya. Remaja, meskipun sering terlihat memberontak atau menentang, sebenarnya itu adalah mengamati dan belajar dari tindakan orang tua mereka.Â
Sebagaimana Imam Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah menjelaskan, "Akhlak seorang ayah akan menjadi pelajaran pertama yang diingat oleh anak-anaknya, bahkan lebih dari sekadar kata-kata yang diucapkan." Dengan menjadi teladan yang baik, ayah secara tidak langsung mengajarkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kasih sayang kepada anak-anak mereka .
Di sisi lain, seorang ayah juga perlu memberikan dukungan emosional yang konsisten. Dukungan ini tidak selalu harus berbentuk pujian atau hadiah, tetapi bisa berupa pengakuan terhadap perasaan dan pengalaman anak.Â
Misalnya, jika anak remaja mengalami kegagalan, jangan langsung memberi nasihat, ayah bisa memulai dengan mendengarkan dan memberikan empati (perlu kita ilmui dan latih yah).Â
Pendekatan ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, yang selalu mendengarkan sahabat-sahabatnya dengan perhatian penuh sebelum memberikan tanggapan atau nasihat. Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya memberikan perhatian penuh kepada setiap orang yang berbicara, termasuk kepada anak-anak .