Ayah yang berbicara dengan anaknya tentang harapan, kekhawatiran, dan impian mereka, secara tidak langsung memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan remaja di masa pencarian jati diri.
Ayah yang membahas aspirasi dan ketakutan berkontribusi pada kemampuan anak-anak mereka untuk membayangkan masa depan yang positif, meningkatkan efikasi diri dan perencanaan strategis mereka(Zhu et al. 2014).
Lebih dari itu, bonding antara ayah dan anak juga dibangun melalui keterlibatan aktif ayah dalam kehidupan sehari-hari anak. Ini berarti hadir dalam setiap momen penting, seperti saat mereka membutuhkan nasihat, dukungan untuk tugas sekolah, atau bahkan sekadar mendengarkan cerita mereka.
Menurut Journal of Adolescent Research, ayah yang terlibat secara aktif dalam kegiatan sehari-hari anak mereka cenderung menciptakan ikatan yang lebih kuat dan hubungan yang lebih harmonis dalam keluarga .
Namun, tidak semua ayah merasa mudah untuk menjalin bonding ini (mungkin problem bagi sebagaian para ayah, tidak tercuali saya wahai para ayah).
Bagi banyak ayah, kesibukan pekerjaan dan tekanan ekonomi sering kali menjadi hambatan besar. Meski demikian, kehadiran tidak harus selalu bersifat fisik. Kehadiran emosional bisa diwujudkan dalam bentuk perhatian kecil, seperti mengirim pesan, menelepon, atau meluangkan waktu untuk bersama di akhir pekan.
Termasuk bagi anak anak kita yang di baording yang tidak pegag HP pun bisa kita kirimi pesen, bisa dengan kita kirim saat ini , nanti ketika aak pulang dan mereka buka HP, maka semoga pesen kita bisa dibaca oleh mereka.
Kehadiran emosional ini sesuai dengan nasihat dari Imam Al-Ghazali yang mengatakan bahwa “Cinta kepada anak harus ditunjukkan dalam setiap kesempatan yang ada, sekecil apa pun itu, karena cinta adalah energi yang menguatkan ikatan hati”
Dengan belajar dari teladan Nabi Ibrahim AS, para ayah modern dapat menemukan cara untuk membangun hubungan yang penuh cinta dan hormat dengan anak-anak mereka, bahkan di tengah kesibukan dan tantangan hidup.
Kuncinya adalah menciptakan ruang untuk komunikasi yang jujur, menunjukkan kasih sayang secara konsisten, dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan anak-anak mereka.
Namun, membangun bonding yang kuat antara ayah dan anak remaja tidak selalu mudah, terutama di zaman modern ini di mana banyak ayah merasa terjebak dalam rutinitas pekerjaan dan tanggung jawab lainnya.