Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Sekian Banyak Snakehead Hadir, Aku Berdiri di Titik Nadir....

23 Januari 2021   10:54 Diperbarui: 25 Januari 2021   05:03 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah yang salah dengan umpan yang aku berikan? Geliat cacing segar harusnya ikan sudah memyambar. Kali ini benar-benar hambar.

Baca jua Walau Tak Ada Penampakan, Ikan Toman Tetap Mengerikan

Pukul 08.10

Saya pun tidak kehabisan akal. Jangan-jangan karena proses makannya saya saksikan, ikan malu berbuat rakus di depanku. Tidak seperti sebagian kita. Jika sudah rakus, rakus saja. Tak peduli di hadapan siapa. Entah di hadapan seluruh rakyat Indonesia. Kerakusan seakan kerasukan dan tertaman di badan.

Pengalaman kemarin membuktikan, dengan umpan belalang ikan mau makan. Saya coba cari belalang. Perjuangan mendapatkan satu belalang sunguh bukan merupakan hal yang gampang. Menangkap dengan tangan kosong seperti petani yang membajak tanah tanpa cangkul dan traktor. Ceker-ceker tanah dengan tangan kosong....

Pukul 08.40

Setelah berjuang sekian lama, setelah menerjang rerumputan lengan dan kaki tergores daun banta (rumput yang tajam di sisi daunnya) perih dan perih terlupa dua belalang dalam genggaman siap dijadikan umpan.

Keserakahan kali ini benar-benar sirna. Ikan snakehead terbesar kabur entah kemana. Tinggal yang kecil-kecil seukuran baterai tak terhitung jumlahnya.

Seperti parade belalang. Satu persatu umpan diletakkan ke mulut ikan. Tak satu pun ikan yang mau menerkam. Sepertinya mereka telah sepakat, "Hei! Kau serakah. Enyah!" Begitulah mungkin sumpah serapahnya kepadaku.

Aku jadi malu sendiri. Mengapa serakah begitu kuat tertanam di jiwa ini. Kali ini aku benar-benar telah ditelanjangi. Bukan oleh sahabat dekat, bukan oleh ustadz hebat. Tapi oleh ikan sejenis yang kemarin telah aku embat dengan nikmat.

Baca juga Ketika Puisiku Tak Menarik lagi ....

Pukul 10.00

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun