"Isteri dan anak? Ngamur kamu, Mas. Isteri dan anaknya sudah lama tiada."
"Lah! Yang lewat sini dan mulung tadi siapa?"
"Ngawur kamu, jangan menakut-nakuti lah. Jangan bercanda. Pamali lo."
"Beneran! Aku tadi ketemu mereka."
"Ngarang itu namanya. Masih sore, Lek. Nggak bakalan ada kuntilanak si sini. Apalagi genderuwo. Wedok pula."
Saya langsung diam, temanku serius berarti tak melihat dan berpapasan dengan mereka. Beberapa kali tangan saya menyapu leher menurunkan bulu kuduk yang tak mau juga kembali.
Sambil menanti umpan ditarik ikan lagi, pikiran saya masih mengembara ke alam antah berantah. Wong selama ini saya paling tidak percaya dengan adanya penampakan. Yo mosok, saya ditemukan dengan mereka.
Tiba-tiba temanku berdiri, sebelumnya kami jongkok menghadap lobang spot mancing.
"Dapet kayanya ini. Gede, Lek! Tarikannya kuat banget. Putus nggak ya senarku."
"Yo hati-hati ben nggak putus. Harus dapat lah."
"Ya ampun, Lek! Tarikannya kian kuat. Gimana ini?"