Gerrrr!!!! Bulu kuduk saya tiba-tiba berdiri. Belum selesai urusan dengan semut salimbada dan spot pancing yang sulit ditembus ikan. Dikagetkan dengan suara orang. Perempuan pula. Gak mungkinlah kalau kuntilanak, wong masih senja. Biar pun mendung, tetap saja belum waktunya kuntilanak datang.
"Belum. Lagi mulung ya!"
"Inggih,Lek. Esok pagi mau timbangan," jawabnya sambil berlalu ke arah temanku.
Heran juga memang, kalau mereka tadi orang mengapa bulu kudukku nggak mau turun. Tetap aja berdiri. Berkali-kali saya usap, tetap saja. Ini ada apa? Mereka siapa? Di tempat temanku tak ada suara sapa menyapa. Padahal harusnya mereka sudah sangat akrab. Wong mereka tetanggaan.
Untuk menghibur diri, maka saya yakinkan saja bahwa mereka berdua memang isteri dari pemilik kebun karet ini sedang memunguti karet sadap untuk ditimbang kepada pengepul esok siang.
Lagi asyik melamun, tiba-tiba senar pancingku ditarik dari bawah.
"Wiuhk!! Ikan besar ini," teriakku
"Dapat, Mas?" sahut temanku dari kejauhan.
"Mbuh ki, Abot pisan!"
Jangan-jangan lele besar. Atau lembat besar nih. Rejeki nomplok. Belum malam sudah disambar ikan.
Setelah sekian menit berjibaku menarik dan melombar senar pancing. Ikan pun menyerah. Lembat tiga jengkal panjangnya naik ke permukaan.