Mohon tunggu...
Muhamad ArifJumansa
Muhamad ArifJumansa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amatri writer

writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kokoleceran Tanaman Endemik Banten dan Responnya terhadap Kondisi Iklim

9 November 2024   22:40 Diperbarui: 9 November 2024   22:48 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena perubahan iklim global, seperti peningkatan suhu dan perubahan pola hujan, diperkirakan akan berdampak pada kestabilan iklim di Banten. Hal ini mengancam ekosistem lokal, termasuk keberlanjutan spesies endemik seperti Vatica bantamensis, yang sangat bergantung pada kondisi iklim yang stabil.

Selain itu Provinsi Banten juga dipengaruhi oleh fenomena Variabilitas Iklim global yang mencakup wilayah antar benua dan samudera, seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD). 

Selama peristiwa El Nio, Banten biasanya mengalami penurunan curah hujan, yang menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan kondisi kekeringan. Penurunan curah hujan ini dapat berdampak serius terhadap pertumbuhan tanaman karena kurangnya suplai air (Wandayantolis dkk., 2023). 

Sebaliknya, selama peristiwa La Nia, Banten cenderung mengalami peningkatan curah hujan, yang dapat menyebabkan banjir dan genangan air (Prasetyo & Nabilah, 2017). Fluktuasi iklim ini, yang terjadi secara tidak teratur setiap 2 hingga 7 tahun, dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga lebih dari setahun, menciptakan tantangan signifikan bagi pertanian dan infrastruktur di provinsi ini. 

Ketika kekurangan air pada saat fase ENSO. Ketika terjadinya fase El Nino pertumbuhan dari tanaman Kokoleceran dapat terhambat karena tidak adanya nutrien yang menjadi energi bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan pada saat fase La Nina dapat menyebabkan bencana alam banjir dan longsor yang dapat merusak tanaman kokoleceran.

Selain ENSO fenomena variabilitas lain yang berpengaruh terhadap Provinsi Banten adalah Indian Ocean Dipole (IOD). IOD merupakan fluktuasi suhu permukaan laut antara wilayah barat dan timur Samudra Hindia, yang mempengaruhi pola hujan, suhu, dan angin di Indonesia (Saji dkk., 1999). 

IOD memiliki tiga fase utama: fase positif, fase negatif, dan fase netral. Masing-masing fase ini memiliki dampak yang berbeda terhadap kondisi cuaca di Provinsi Banten. Pada fase positif IOD, suhu permukaan laut di bagian barat Samudra Hindia (dekatan dengan Afrika) lebih hangat dibandingkan dengan suhu di bagian timur (dekatan dengan Indonesia dan Australia). 

Dampak dari fase ini di Provinsi Banten adalah peningkatan risiko musim kemarau yang lebih panjang dan lebih kering. Hal ini disebabkan oleh pola tekanan rendah yang berkembang di barat Samudra Hindia yang mengarah pada pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Banten. 

Fenomena ini dapat menyebabkan penurunan curah hujan selama musim hujan yang seharusnya terjadi, meningkatkan potensi kekeringan dan stres air di kawasan pertanian dan sumber daya alam lainnya. pada fase negatif IOD, suhu permukaan laut di bagian timur Samudra Hindia lebih hangat dibandingkan dengan di bagian barat. Pada fase ini, curah hujan di Indonesia cenderung meningkat, yang termasuk Provinsi Banten. 

Fase negatif IOD menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan atmosfer di bagian barat Samudra Hindia dan penurunan tekanan atmosfer di timur Samudra Hindia, yang mendorong peningkatan monsun barat daya yang membawa hujan. Akibatnya, musim hujan di Banten menjadi lebih intens dan panjang, dengan kemungkinan terjadinya banjir atau tanah longsor di daerah dataran rendah dan perbukitan. Kondisi ini dapat menguntungkan bagi sektor pertanian yang bergantung pada hujan, tetapi juga meningkatkan risiko bencana alam. 

Secara keseluruhan, pengaruh IOD terhadap Provinsi Banten sangat tergantung pada fase IOD yang terjadi. Fase positif IOD berpotensi meningkatkan kekeringan dan mengurangi curah hujan, yang dapat mengganggu pertanian dan menyebabkan kekurangan air. Di sisi lain, fase negatif IOD meningkatkan curah hujan, yang dapat menyebabkan potensi banjir, terutama di wilayah pesisir dan dataran rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun