Mohon tunggu...
Sri Arifin
Sri Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

skateboard

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Lu Cakep Lu Aman", Fenomena Lookism dalam Masyarakat

20 Juni 2024   00:03 Diperbarui: 20 Juni 2024   00:17 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumbhttps://www.istockphoto.com/id/search/2/image?mediatype=illustration&phrase=lookismer gambar

Istilah 'lu cakep lu aman' merupakan ungkapan populer yang berasal dari bahasa gaul di Indonesia. Istilah ini digunakan untuk menyatakan bahwa ketika seseorang mempunyai tampang yang tampan atau cantik secara fisik, akan aman walaupun melakukan tindakan yang menyimpang. Ungkapan ini sering digunakan dalam percakapan santai atau sebagai sindiran di media sosial.
 
Latar belakang dari istilah ini mungkin berasal dari keinginan untuk menyindir seseorang dari segi penampilan fisik. Dengan menggabungkan kata 'cakep' yang berarti tampan/cantik dan 'aman' yang berarti akan aman, ungkapan ini mencerminkan keinginan untuk menunjukkan bahwa penampilan fisik dapat mempengaruhi penilaian terhadap seseorang. Pengertian tersebut mengarahkan kita ke suatu istilah ilmiah yaitu "Lookism". Dalam tulisan ini saya akan membahas apa itu lookism? Mengapa lookism sekarang menyebar luas di masyarakat? Apa dampak lookism bagi masyarakat?

Apa itu Lookism? Lookism adalah istilah yang mengacu pada diskriminasi atau prasangka terhadap seseorang berdasarkan penampilan fisiknya, terutama terkait dengan daya tarik fisik. Ini mencakup penilaian dan perlakuan yang tidak adil terhadap individu yang dianggap kurang menarik atau lebih menarik secara fisik, dan bisa terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di tempat kerja, sekolah, dan dalam interaksi sosial sehari-hari.

Mengapa lookism sekarang menyebar luas di masyarakat? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi menyebarnya lookism di masyarakat yaitu:

1.Media dan Budaya Populer:

Representasi Media: Media, termasuk televisi, film, iklan, dan media sosial, sering menampilkan standar kecantikan yang sempit dan ideal yang memengaruhi persepsi masyarakat tentang daya tarik fisik. Orang yang terlihat sesuai dengan standar ini sering kali dipromosikan, sementara mereka yang tidak sesuai dapat diabaikan atau dipandang negatif.

Pengaruh Selebriti dan Influencer: Figur publik, selebriti, dan influencer sering mempromosikan standar kecantikan tertentu melalui foto yang diedit dan konten yang tidak realistis, yang dapat menciptakan tekanan bagi orang untuk menyesuaikan diri dengan standar tersebut.

2.Media Sosial:

Tekanan Media Sosial: Media sosial memperkuat lookism dengan memberi platform untuk membandingkan penampilan fisik. Foto-foto yang diedit dan penggunaan filter dapat menciptakan citra tubuh yang tidak realistis dan meningkatkan tekanan untuk tampil sempurna.

Cyberbullying: Orang-orang sering menghadapi komentar negatif atau ejekan tentang penampilan mereka di platform media sosial, yang dapat memperburuk diskriminasi berdasarkan penampilan.

3.Norma Sosial dan Budaya:

Standar Kecantikan yang Sempit: Banyak budaya memiliki definisi kecantikan yang sangat spesifik dan sempit, yang dapat menciptakan eksklusi bagi mereka yang tidak sesuai dengan definisi ini.

Pentingnya Penampilan: Di beberapa budaya dan masyarakat, penampilan fisik sangat ditekankan, sering kali dihubungkan dengan kesuksesan, popularitas, dan penerimaan sosial.

4.Industri Kecantikan:

Pemasaran Produk Kecantikan: Industri kecantikan memanfaatkan keinginan untuk tampil menarik dengan mempromosikan produk yang mengklaim dapat meningkatkan penampilan fisik, yang pada akhirnya akan memperkuat pentingnya penampilan fisik.

Standar Kecantikan yang Tidak Realistis: Banyak iklan menampilkan model yang sangat tidak realistis, menciptakan standar kecantikan yang tidak dapat dicapai oleh kebanyakan orang.

5.Pengaruh Ekonomi:

Pasar Kerja: Di beberapa industri, terutama yang terkait dengan model, hiburan, dan layanan pelanggan, penampilan fisik dapat mempengaruhi peluang kerja dan kemajuan karier.

Semua faktor ini berkontribusi pada penyebaran luas lookism dalam masyarakat modern, menciptakan lingkungan di mana penampilan fisik sering kali dianggap lebih penting daripada kualitas pribadi dan kemampuan lainnya. Upaya untuk mengatasi lookism biasanya melibatkan pendidikan, advokasi, dan peningkatan kesadaran akan pentingnya inklusivitas dan keragaman dalam standar kecantikan.

Lookism memiliki berbagai dampak negatif bagi masyarakat, mempengaruhi individu dan komunitas secara luas. Berikut adalah beberapa dampak utama lookism:

1.Dampak Psikologis:

Penurunan Harga Diri: Individu yang terus-menerus dinilai berdasarkan penampilan. Mereka, mungkin mengalami penurunan harga diri dan rasa percaya diri.

Kesehatan Mental: Lookism dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan gangguan makan. Seperti anoreksia atau bulimia, terutama jika seseorang merasa tidak dapat memenuhi standar kecantikan yang ada.

2.Diskriminasi di Tempat Kerja:

Peluang Karier: Individu yang dianggap kurang menarik mungkin menghadapi diskriminasi dalam proses perekrutan, promosi, dan pengembangan karier. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang dianggap lebih menarik sering mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan peluang karier yang lebih baik.

Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat: Diskriminasi berbasis penampilan dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak inklusif dan tidak sehat, yang dapat mengurangi produktivitas dan kepuasan kerja.

3.Ketidakadilan Sosial:

Akses terhadap Layanan: Orang yang dianggap kurang menarik mungkin menerima pelayanan yang lebih buruk di berbagai sektor, termasuk layanan kesehatan, pendidikan, dan layanan publik lainnya.

Perlakuan Sosial yang Tidak Adil: Individu mungkin menghadapi prasangka dan stereotip negatif dalam interaksi sosial sehari-hari, yang dapat mempengaruhi hubungan pribadi dan profesional mereka.

4.Tekanan Ekonomi:

Pengeluaran untuk Kecantikan: Banyak orang menghabiskan sejumlah besar uang untuk produk dan prosedur kecantikan dalam upaya memenuhi standar kecantikan yang ada, yang dapat memberikan tekanan finansial.

Industri Kecantikan: Industri kecantikan dan mode memanfaatkan lookism untuk mempromosikan produk dan layanan, sering kali dengan cara yang memperkuat standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis.

5.Dampak pada Remaja dan Anak-anak:

Perkembangan Identitas: Remaja dan anak-anak yang terpapar standar kecantikan yang ketat dari usia dini mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan identitas diri yang sehat dan positif.

Bullying dan Eksklusi Sosial: Lookism dapat menyebabkan bullying dan eksklusi sosial di sekolah, yang dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan sosial dan emosional anak-anak.

6.Norma Sosial yang Terdistorsi:

Pemahaman Kecantikan yang Sempit: Lookism memperkuat norma-norma sosial yang sempit tentang kecantikan, yang dapat menghambat penerimaan keragaman dan inklusivitas.

Pengaruh Negatif pada Budaya: Budaya yang terlalu fokus pada penampilan fisik dapat mengabaikan atau meremehkan kualitas dan nilai-nilai lain seperti kecerdasan, keterampilan, dan karakter.

Untuk mengatasi dampak negatif lookism, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang pentingnya inklusivitas dan keragaman dalam standar kecantikan, serta untuk mempromosikan penilaian individu berdasarkan kemampuan dan karakter mereka, bukan penampilan fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun