Mohon tunggu...
Tiyas Arifin
Tiyas Arifin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pendidik yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Teori Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

28 Desember 2022   09:10 Diperbarui: 28 Desember 2022   09:14 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu pertanyaan yang timbul tentang teori multiple intelligences ini adalah bagaimana menerapkan teori tersebut dalam pembelajaran di dalam instansi pendidikan termasuk sekolah dasar. Hal ini menjadi tugas dan tantangan sendiri oleh guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pembelajaran yang berbasis multiple intelligences. Guru harus mulai membiasakan dirinya untuk mengembangkan program pembelajaran yang berorientasi kepada siswa dan bukan hanya berdasarkan dirinya dan juga materi.

Artikel sebelumnya yang berjudul Multiple Intelligences, Teori Belajar yang Memanusiakan Manusia sudah menjelaskan bahwa setiap anak memiliki setidaknya 8 kecerdasan. Namun kecerdasan yang menonjol setiap anak berbeda-beda. Tugas guru adalah menciptakan strategi pembelajaran yang dapat mengakomodasi semua kecerdasan tersebut agar setiap anak mampu memahami materi dan mengembangkan kecerdasan yang mereka miliki.

Ada beberapa strategi untuk mengajarkan dan meningkatkan multiple intelligences siswa, beberapa diantaranya adalah

1. Strategi Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

a. Storytelling

Storytelling ini harus dipandang sebagai sebagai alat pengajaran yang vital karena ini adalah sebuah budaya di seluruh dunia. Saat melakukan hal ini, kita dapat membuat konsep, ide, dan tujuan instruksional yang penting di dalam cerita yang dibaca.

b. Brainstorming

Brainstorming adalah teknik untuk menyelesaikan masalah tertentu dengan mengumpulkan masalah secara spontan. Aturan umum dalam hal ini adalah siswa berbagi apapun yang terlintas dalam pikiran mereka dan relevan dengan topik permasalahan, tidak ada celaan atau kritik terhadap gagasan, dan setiap gagasan itu penting.

c. Journal Writing

Penulisan jurnal pribadi melibatkan siswa dalam membuat tulisan atau catatan yang berkelanjutan tentang topik tertentu. Topik tersebut bisa sangat luas sehingga siswa harus dapat mengumpulkan dan merangkai kata untuk mereka tuliskan.

2. Strategi Kecerdasan Logis/ Matematis (Mathematical/ Logical Intelligence)

a. Calculation and Quantification

Sejalan dengan reformasi sekolah, para guru didorong untuk menemukan peluang untuk berbicara tentang angka baik di dalam maupun di luar matematika dan lingkungan sains. Dalam mata pelajaran yang lain juga harus diberikan cara ini agar siswa dapat berpikir secara logis dan siswa dapat belajar melihat bahwa matematika itu berguna dalam kehidupannya.

b. Classification and Categorization 

Pemikiran logis dapat dirangsang kapan saja saat informasi dimasukan ke dalam beberapa jenis kerangka kerja rasional, apakah data bersigat linguistik, logis matematis, spasial, atau jenis lainnya. Inti dari ini strategi ini adalah informasi yang berbeda dapat diorganisir dalam ide atau tema yang membuatnya lebih mudah untuk diingat dan didiskusikan.

c. Science Thinking

Di dalam beberapa permasalahan yang ada membutuhkan konsep yang berlatar belakang sains untuk dipahami dengan baik. Di setiap bagian kurikulum, sains memberikan sudut pandang lain yang bisa memperkaya pandangan siswa terhadap permasalahan.

3. Strategi Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)

a. Visualization

Visualisasi dapat membantu siswa untuk menerjemahkan materi pelajaran yang mereka pelajari dengan menuangkannya ke dalam gambar. Mereka hanya perlu melihat gambar tersebut agar dapat mengingat kembali materi yang dipelajari. Guru dapat membimbing siswa untuk mengenali konsep dan ide baru melalui kegiatan ini dengan mudah.

b. Color Cues

Siswa yang memliki kecerdasan spasial terkadang sangat peka terhadap warna, tetapi kebanyakan kegiatan di sekolah diisi dengan teks hitam putih. Guru dapat menggunakan berbagai warna di dalam kelas untuk belajar. Beberapa warna juga bisa digunakan untuk menandai kesimpulan atau kata-kata penting agar mudah diingat.

c. Idea Sketching

Kebanyakan individu menggunakan gambar sederhana untuk mengembangkan ide-ide mereka. Kegiatan semacam ini dapat membantu siswa memahami tentang suatu permasalahan. Strategi ini melibatkan siswa untuk menggambar poin penting, ide utama, teme sentral, atau konsep inti yang diajarkan.

4. Strategi Kecerdasan Kinestetik (Body/ Kinestetic Intelligence)

a. Body Answers

Strategi ini melibatkan siswa untuk menanggapi pertanyaan atau perintah dengan menggunakan anggota tubuh mereka sebagai media ekspresi. Contoh sederhana yang paling sering digunakan adalah meminta siswa mangangkat tangannya sebelum menjawab atau menanyakan sesuatu. Hal ini bisa lebih divariasikan lagi seperti mengedipkan satu mata, tersenyum, menunjukan satu atau lima jari, bahkan mengangkat kedua tangan seperti wasit.

b. Kinesthetic Concepts

Strategi ini mengenalkan siswa melalui ilustrasi fisik seperti pantomim tentang suatu konsep atau istilah dalam materi pelajaran. Hal ini menuntut siswa untuk menerjemahkan informasi dari sistem sistem linguistik dan logis ke dalam tubuh kinestetik murni.

c. Body Maps

Tubuh manusia menyediakan alat yang dapat digunakan untuk memahami materi pelajaran tertentu. Contoh yang paling umum dalam kegiatan ini adalah berhitung dan menghitung. Jari kita dapat digunakan sebagai alat untuk menghitung sederhana bahkan bisa digunakan untuk menghitung perkalian.

5. Strategi Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)

a. Rhythm, Songs, Raps, and Chants

Beberapa kata kunci dalam materi dapat dimasukan dalam ritme dan disajikan dalam bentuk lagu. Hal ini mempermudah siswa dalam memahami materi tertentu yang membutuhkan hafalan karena hanya dengan menyanyikan lagu sesuai ritmenya maka mereka akan lebih mudah untuk mengingat.

b. Supermemory Music

Penelitian ada yang membuktikan bahwa siswa lebih mudah menerima informasi dan instruksi dari guru jika ada latar belakang musik yang mendukung. Dalam hal ini siswa harus dalam keadaan santai saat guru menjelaskan informasi untuk dipelajari dengan latar belakang musik.

c. Musical Comcepts

Konsep dalam musik seperti nada, dapat digunakan sebagai alat kreatif untuk mengekspresikan konsep, pola, atau skema mata pelajaran. Contohnya untuk menggambarkan lingkaran dengan konsep musik dapat dilakukan dengan senandung pada nada tertentu kemudian secara bertahap berubah ke nada rendah dan bergerak lagi ke nada asli.

6. Strategi Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

a. Peer Sharing

Strategi ini menuntut peseta didik untuk berkomunikasi dengan temannya dalam hal pembelajaran. Hal ini dapat membangun interaksi atau hubungan dengan orang lain. Topik pembicaraan dapat berupa materi yang diajarkan hari itu sehingga mereka dapat bertukar pikiran dan mengetahui pemahaman temannya. Hal tersebut juga dapat menjadi bimbingan belajar sebaya karena saling mengajari satu sama lain.

b. Cooperative Groups

Strategi ini adalah komponen utama dari pembelajaraan kooperatif. Siswa di dalam kelompok ini memiliki tugas masing-masing dan harus bertanggungjawab atas tugasnya karena menyangkut tentang kelompoknya. Siswa dapat bekerja secara kolektif dan dapat menangani tugas dengan berbagai cara sesuai kesepakatan kelompoknya.

c. Simulations

Simulasi melibatkan sekelompok siswa untuk membuat sebuah lingkungan yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Mereka diminta untuk mainkan peran yang sesuai dengan suatu keadaan tertentu. Melalui percakapan dan interaksi lainnya, mereka mulai mendapatkan pandangan orang lain dalam bentuk topic yang mereka pelajari.

7. Strategi Kecerdasan Intrapersonal (Intraperseonal Intelligence)

a. One-Minute Reflection Periods

Strategi ini menawarkan siswa untuk intropeksi dan mencerna informasi yang disajikan atau menghubungkannya dengan kejadian dalam kehidupannya sendiri. Hal ini juga membantu mereka melakukan penyegaran dan membantu untuk mempersiapkan kegiatan selanjutnya.

b. Choice Time

Memberikan siswa pilihan adalah prinsip dasar dari strategi untuk kecerdasan intrapersonal. Pada dasarnya, memilih adalah suatu peluang untuk membangun dan membuat keputusan tentang pengalaman belajar mereka sehingga mereka dapat mengetahui tentang segala keputusan berdasarkan pertimbangan dari dirinya sendiri.

c. Goal-Setting Sessions

Salah satu karakteristik pembelajaran intrapersonal adalah kemampuan siswa untuk menetapkan tujuan yang ralistis bagi diri sendiri. Kemampuan ini menjadi salah satu keterampilan yang paling penting yang diperlukan siswa untuk menjalani kehidupan yang sukses. Tujuan disini dapat berupa tujuan jangka pendek dan panjang.

8. Strategi Kecerdasan Naturalis (Naturalistic Intelligence)

a. Nature Walks

Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar dan mengajak siswa jalan-jalan sebagai cara untuk memperkuat materi yang dipelajari dalam kelas. Sebenarnya semua materi cocok untuk dikemas dalam strategi ini, hanya saja lingkungan yang dijadikan tempat untuk jalan-jalan haruslah mencangkup dengan materi yang diajarkan.

b. Windows onto Learning

Sering ditemui di dalam kelas ada siswa yang bosan duduk di meja dengan tatapan sedih memandang ke luar jendela dan membayangkan tentang apa yang ia ingin lakukan. Mereka sering melihat ke luar jendela karena mereka melihat di luar sana ada banyak yang lebih menarik daripada di dalam kelas. Guru dalam hal ini dapat mengemas materi pembelajaran yang berhubungan melihat ke luar jendela. Sebagai contoh membuat karangan, puisi, menyebutkan hewan dan tumbuhan di lingkungan sekolah.

c. Plants a Props

Guru dapat menggunakan tanaman sebagai alat peraga pembelajaran di dalam kelas. Tidak hanya sebagai hiasan untuk memperindah ruangan. Tanaman juga dapat digunakan sebagai alat peraga dalam materi tertentu seperti bentuk daun, waktu yang dibutuhkan untuk bunga mekar, dan juga mengukur perkembangan tanaman tiap harinya.

Sebenarnya masih banyak berbagai strategi yang dapat digunakan. Guru dapat menciptakan strateginya sendiri ataupun memodifikasi strategi yang sudah ada dengan memasukkan aspek multiple intelligences di dalamnya. Dengan adanya berbagai perbedaan kecerdasan tersebut, sudah seharusnya setiap guru mengemas pembelajaran di kelas dengan mengakomodasi berbagai kecerdasan yang ada pada siswa. Hal ini agar siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan serta kecerdasan yang ada pada dirinya dapat berkembang. Perlu adanya kolaborasi antara satu guru dengan guru lain karena hal ini jauh lebih baik dan optimal apabila dilakukan secara berkesinambungan, baik antar guru mapel, guru kelas, maupun guru ekstrakurikuler.

Sumber

Armstrong, T. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom 3rd Edition. Alexandria: ASCD Member Book.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun