Pendekatan BKKBN Jawa Timur didasarkan pada dua asumsi bahwa penduduk yang membutuhkan pelayanan Keluarga Berencana terutama datang dari desa dan penduduk tidak akan mencari pelayanan ke klinik-klinik yang jauh. Mereka akan menerima dengan senang hati kalau pelayanan itu diberikan didekat rumah mereka. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa ada dua strategi yang dikembangkan. Pertama, pemerintah mengangkat petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) dalam jumlah banyak untuk mendatangi rumah-rumah penduduk. Kedua, berupa serangkaian upaya untuk menata sumber-sumber daya kedokteran dan administratif dan memobilisasikan partisispasi masyarakat.
Gugur gunung merupakan kegiatan-kegiatan yang dikembangkan oleh BKKBN dan dilaksanakan secara langsung menurut serangkaian kampanye penyembuhan penyakit patek (frambosia) yang digencarkan pada tahun 1950-an mereka berhasil dalam menerangkan kepada penduduk dukungan pemerintah terhadap Keluarga Berencana, dan dalam menyebarluaskan jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia di klinik-klinik Keluarga Berencana.
Selain itu Angkatan Darat di Jawa Timur juga menerima tantangan untuk mendukung Program Keluarga Berencana dengan mengadakan kampanye selama perayaan sebulan penuh Ulang Tahun Kodam Brawijaya. Banyak keberatan muncul ketika pasukan berseragam mulai megumpukan sejumlah besar perempuan yang belum menjadi akseptor dan “mendorong” mereka untuk pergi ke klinik Keluarga Berencana. Terlalu sering petugas BKKBN menemukan dirinya kekuarangan suplai dan mengahdapi sekelompok calon akseptor yang tidak antusias. Bukannya mempromosikan program, taktik ini malah cenderung menggrogoti kredibilitasnya. Secara perlahan gugur gunung diganti dengan strategi-strategi lain, yang dirancang untuk menjamin ketersediaan kontrasepsi di tempat secara kontinu. Inisiatif-inisiatif itu antara lain mencakup didirikannya pusat-pusat distribusi kontrasepsi masyarakat, promosi kelompok akseptor, dan mobilisasi kelompok-kelompok Agama dan pembangunan untuk mendukung Program keluarga berencana. (Howard Dick, 1997: 86-88)
Wilayah-wilayah atau Kota-kota besar di Jawa Timur juga giat meningkatkan peserta KB, misalnya seperti di Surabaya, diwilayah ini diadakan lomba KB antar lingkungan dan RW. Selama 2 bulan, dimulai sejak maret 1973 yang lalu, segenap perangkat organisasi dalam wilayah Surabaya utara giat “Masuk Kampung Keluar Kampung”, untuk meningkatkan jumlah peserta Program Keluarga Berencana dengan jalan memberikan motivasi. (Harian Umum, 1973: 2). Selain itu Surabaya juga mengadakanpameran Keluarga Berencana cabang PKBI KMS serta berhasil mengenai sasaran, dalam rangka mensukseskan program Keluarga Berencana, maka oleh PKBI cabang Kota Madya Surabaya telah diselenggarakan pameran KB, dengan mengambil tempat di panggung tengah TH, yang berlangsung selama 5 malam, sejaktanggal 6 april sampai 10 april 1973. (Harian Umum, 1973: 2). Selain lomba dan pameran Surabaya juga mengadakan ceramah KB untuk karyawan KMS yang diadakan setiap minggu dua kali yaitu hari selasa dan kamis. (Harian Umum, 1973:2)
D. Fertilitas Penduduk Jawa Timur pada masa kepemimpinan Mohammad Noer
Tabel 1.1
Jawa Timur: Laju fertilias spesifik-umur, 1964-1976 (Jumlah kelahiran per 1000 wanita dalam setiap kelompok umur)
Umur
Periode Laju fertilitas total