Mohon tunggu...
Arifatul Jannah
Arifatul Jannah Mohon Tunggu... Guru - guru

saya menyukai kesenian, kebudayaan, dan kesejarahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Program Keluarga Berencana (KB) pada Masa Kepemimpinan Mohammad Noer di Jawa Timur Tahun 1970-1976

6 Desember 2022   21:36 Diperbarui: 6 Desember 2022   22:11 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program Keluarga Berencana merupakan program nasional yang harus dilaksanakan. Mohammad sebagai Gubernur (kepala pemerintahan di Jawa Timur) membuat strategi untu mensukseskannya, dan hasilnya pada kepemimpian Mohammad Noer Program Keluarga Berencana di Jawa Timur Paling Berhasil dan Jawa Timur menapatkan penghargaan Parasamya Purna karya Nugraha.

Masalah kependudukan bahwasannya Jawa Timur mengalami Transisi Demografi. Transisi Demografi merupakan salah satu proses perubahan dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi hingga menjadi tingkat kelahiran dan kematian yang rendah diikuti dengan kondisi perkembangan penduduk. (Aris Ananta: 20). Perubahan penduduk secara implisif menyatakan pertambahan atau penurunan jumlah penduduk secara parsial maupun keseluruhan sebagai akibat perubahan komponen utama perubahan penduduk, Yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Dalam Transisi Demografi menurut Bogue (1965) tahap transisi sebagai berikut :

Pratransisi (Pre- Transitional)

Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi.

Tahap Transisi (Transitional)

Ditunjukkan dengan tingkat fertilitas tinggi dan tingkat mortalitas rendah.

Tahap Pasca Transisi (Past Transitional)

Dinyatakan dengan tingkat fertilitas dan mortalitas sudah rendah. (Michael P. Todaro – Burhanuddin Abdullah ; 207 ).         

Teori transisi demografi melukiskan peralihan tingkat pertumbuhan penduduk dari tingkat yang tinggi menuju tingkat yang rendah yang dimekanisasikan melalui tiga tahapan.

Pada tahap pertama, baik tingkat fertilitas maupun tingkat mortalitas sama-sama tinggi, sehingga pertumbuhan berada pada tingkat yang tinggi dan berlangsung lama. Tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan karena pada saat itu belum ada sanitasi, transportasi dan pengobatan moderen. Dengan tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai sesuatu yang tidak memaksa masyarakat untuk menganut nilai-nilai sosial budaya yang mendukung adanya tingkat kelahiran yang tinggi sebagai imbangan supaya dapat mempertahankan keturunan.

Pada tahap kedua, tingkat kematian sudah mulai menurun sebagai akibat dari proses pembangunan ekonomi dan mulai meningkatnya taraf hidup. Tetapi pada tahap ini tingkat kelahiran masih tinggi (meskipun sudah ada kecenderungan untuk turun, tetapi tingkat penurunannya masih lebih rendah dibanding dengan penurunan tingkat kematian). Hal ini disebabkan nilai budaya pada waktu itu yang mendukung tingkat kelahiran yang tinggi sudah terlanjur membudaya dan melembaga sebagai suatu kepercayaan, sikap dan nilai tersebut lamban dan tergolong sulit untuk berubah. Pada tahap kedua inipun masih diwarnai oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi sebagai interaksi antara tingkat kelahiran yang tinggi dengan tingkat kematian yang cukup rendah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun