Mohon tunggu...
Aries Ibadillah
Aries Ibadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Kelas 1-A Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Seni Tari Tradisional Indonesia terhadap Ketertarikan Gen-Z

31 Desember 2023   06:06 Diperbarui: 31 Desember 2023   06:23 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi sekarang banyak budaya yang hampir punah dan ada juga yang sudah punah karena budaya tersebut kalah dengan perkembangan globalisasi yang pesat akan teknologi. Seperti halnya, budaya Indonesia yang masih kental dengan tradisi dari nenek moyangnya. Budaya Indonesia merupakan harta paling berharga yang harus dijaga kelestariannya sebab, budaya Indonesia memiliki nilai-nilai moral yang baik bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Sekarang  iptek tumbuh sangat cepat, akan tetapi tidak bersamaan dengan kemajuan budaya, sehingga generasi modern lebih menyukai teknologi canggih seperti alat komunikasi handphone dan sudah mulai tidak mempedulikan seni dan kebudayaan tradisional, yang dicapai dengan mewariskan nilai budaya regenerasi kepada generasi berikutnya (Cici, 2022: 373). Pada era sekarang budaya Indonesia terancam akan punahnya dan tercampur dengan budaya luar karena perkembangan globalisasi yang sangat pesat.

 Menurut Farhana dan Joko, (2023: 877) mengatakan bahwa perkembangan teknologi memberikan dampak yang sangat cepat, nyata dan kehidupan. Budaya dari luar dapat dengan mudah dipelajari dengan adanya teknologi. Salah satu contoh budaya Indonesia yang hampir punah yaitu seni tari tradisional yang menjadi ciri khas Indonesia sendiri. Seni tari merupakan pengekspresian suatu bahasa yang disajikan dalam gerakan-gerakan dengan diiringi suatu iringan musik tertentu. Tarian memiliki makna yang terkandung di dalam gerakan-gerakannya dan memiliki cerita yang sangat mendalam yang berhubungan dengan zaman prasejarah.

Perkembangan seni tari tradisional merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kelestarian seni tari tradisional sendiri. Tetapi, seni tari tradisional pada masa sekarang memiliki perkembangan yang menurun dibandingkan perkembangan zaman dahulu. Kurangnya minat dan kepedulian Gen-Z akan menyebabkan tidak adanya generasi penerus (Saritani, 2022: 186). Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pertunjukan seni tari tradisional yang digunakan di acara-acara besar. Gen-Z lebih menyukai tarian-tarian yaang sudah termodifikasi karena tarian tersebut menurut mereka tidak membosankan daripada tarian tradisional yang kebanyakan darinya memiliki gerakan-gerakan yang biasa saja dan Gen-Z lebih suka seni tari modern karena banyak disajikan di aplikasi pemutar video yang menampilkan tarian tersebut daripada tarian tradisional.

Pada dasarnya tarian tradisional memang kalah saing dengan tarian modern yang sangat pesat akan perkembangannya, salah satu contohnya yaitu tarian modern atau Dance dari K-pop. Seni tari diajarkan bertujuan untuk mengarahkan Gen-Z dalam memperbaiki perilakunya kearah yang lebih baik dari pada mereka mempraktikan tarian Tik-Tok yang tidak karuan. Pembelajaran tarian tradisional tersebut diharapkan dapat dan mampu membentuk kualitas mental dan sikap positif pada perilaku Gen-Z (Sri, dkk, 2023: 1818). 

Bangsa Indonesia menjunjung tinggi sikap dan moral yang sopan dan banyak agama-agama di Indonesia yang mengajarkan umatnya untuk berperilaku baik. Tetapi, salah satu agama di Indonesia memiliki kontra terhadap seni tari tradisional Indonesia yang tidak lain yaitu agama Islam. Sebagian besar seni tari tradisional Indonesia bertentangan dengan agama Islam, terutama pada gerakan-gerakannya yang menyinggung adab dan moral seorang perempuan. Sementaranya fakta di lapangan menunjukkan bahwa seni tari lebih banyak menimbulkan perdebatan ketika dibahas secara Islami (Heni, 2020: 12). Islam memiliki aturan yang mentidak-bolehkan seorang wanita mempertontonkan lengkuk tubuhnya pada laki-laki yang bukan muhrimnya.

Islam memiliki hadist yang meriwayatkan hal tersebut, yaitu "Mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini." (HR. Muslim). Seni dalam Islam merupakan suatu hal yang dapat dinikmati oleh manusia sehingga dapat berkreatifitas dalam keunikan seni tersebut. Pada zaman dahulu, Islam masuk ke Indonesia bertujuan untuk berbaur  dengan kebudayaan dan kesenian yang ada di Indonesia dan dapat menyebarluaskan ajaran-ajaran yang dianut oleh Islam. Tetapi, sekarang Islam banyak melarang tarian-tarian tradisional yang ada di Indonesia. Lebih khususnya yaitu pada tarian-tarian yang memiliki unsur-unsur yang bertolakbelakang dengan ajaran Islam. Kutipan diatas menunjukkan bahwa unsur-unsur Islam merupakan unsur yang baik dan benar. Seni tari dalam dunia Gen-Z memiliki peran penting untuk dilestarikan, yaitu dapat mengembangkan pola pikir Gen-Z untuk menuntun yang lebih baik lagi. Sedangkan Islam, memiliki tujuan untuk mengatur norma-norma dalam perkembangan Gen-Z supaya menjadi lebih baik. Kedua hal tersebut sama-sama memiliki tujuan yang baik bagi Gen-Z, yaitu menuntun perilaku supaya lebih baik lagi.

Demikianlah, penelitian ini dikaji untuk mengembangkan minat dan bakat Gen-Z supaya lebih menyukai budaya bangsa sendiri berupa seni tari dan melestarikan sebuah seni tari tradisional yang hampir punah di negara sendiri karena masuknya budaya asing di Indonesia. Penelitian tersebut juga bertujuan untuk meluruskan sebuah masalah yang ada di antara suatu agama di Indonesia dan seni tari sendiri supaya tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara keduannya. Jika permasalahan tersebut tidak diluruskan, maka permesalahan tersebut akan ada terus-menerus.

PEMBAHASAN

Perkembangan Seni Tari Tradisional di Indonesia

Seni Tari merupakan cabang seni yang menggunakan gerak sebagai media dalam mengungkapkan ekspresi jiwa penciptanya (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 13). Seni tari merupakan ekspresi jiwa yang dituangkan melalui gerakan-gerakan tubuh dan memiliki makna yang tersirat di dalam-nya. Sedangkan, seni tari tradisional merupakan cabang seni tari yang masih kental akan tradisi-tradisi yang di turunkan oleh nenek moyang Indonesia untuk generasi muda. Seni tari di Indonesia memiliki sejarah tersendiri tentang perkembangan dari zaman dahulu sampai sekarang, tetapi sejarah yang ada di Indonesia sendiri memiliki keterbatasan. Sejarah seni tari di Indonesia memiliki sedikit sekali bukti-bukti sejarahnya karena orang zaman dahulu tarian hadir bersifat 'sesaat'.

Tarian tersebut akan hadir ketika bersamaan dengan kepentingan masyarakat, lalu tarian akan hilang bersamaan dengan kepentingan masyarakat tersebut yang telah selesai. Namun demikian, keberadaan tari di masa lalu bisa dilacak melalui berbagai unsur pendukungnya yang masih bisa ditemui seperti kostum, instrumen pengiring tari, tempat pementasan, atau upacara ritual yang masih dipraktikkan oleh masyarakat (I Wayan, dkk, 2021: 1). Seni tari tradisional masih memiliki sejarah di Indonesia, walaupun keterbatasan dalam prasejarah di Indonesia sendiri tetapi masih memiliki bukti-bukti berupa suatu ilmu pengetahuan. Prasejarah di Indonesia diklasifikasikan menjadi beberapa hal, seperti berikut:

1. Zaman Prasejarah

Pada zaman prasejarah memiliki bukti-bukti yang terbatas, sehingga sulit untuk dibuktikan karena tidak ada alat rekam sebagai bukti akuratnya. Namun, masih ada beberapa peninggalan prasejarah yang dapat direkam sebagai alat bukti adanya kegiatan seni tari di zaman tersebut. Periode zaman prasejarah berentan antara tahun 2500 SM sampai 100 M, pada zaman tersebut dimulai dari zaman batu dan berakhir pada zama logam. Pada zaman batu tarian cenderung hanya memiliki gerakan-gerakan yang sederhana, yaitu berupa hentakan-hentakan kaki.

Selanjutnya, pada zaman logam tarian dianggap lebih maju daripada zaman batu, karena pada zaman logam tarian sudah mempunyai alat musik yang digunakan untuk mengiringi musik tarian. Pada zaman logam juga memiliki bukti yang akurat berupa gambar penari yang ada di alat musik yang biasanya digunakan sebagai alat ritual yang bersifat magis dan dapat diperlihatkan oleh masyarakat Indonesia zaman sekarang sebagai contoh pada tari Sabet dari Yogyakarta, Jawa Tengah. Tari sabet merupakan suatu ungkapan permohonan hujan yang dilaksanakan dengan cara adu pukul di bagian kaki menggunakan bilah rotan (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 14).

2. Zaman Hindhu-Buddha

Pada zaman Hindhu-Buddha, tarian juga biasanya disebut dengan zaman feundal karena pada zaman tersebut juga bersamaaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan Hindhu-Buddha yang ada di Indonesia. Kerajaan yang pertaman kali masuk yaitu kerajaan bercorak Hindhu, seperti  Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Mataran Kuno di Jawa Tengah, dan masih banyak lagi. Pada zaman Hindhu-Buddha tarian dibuktikan dengan adanya candi-candi dan monumen keagamaan yang ditinggalkan oleh kerajaan-kerajaan zaman Hindhu-Buddha. Gambar corak yang ada pada peninggalan kerajaan memiliki gambar-gambar yang menjadi sejarah bagi tarian alat musik yang ada pada zaman tersebut. Pada zaman Hinddhu-Buddha, tarian biasanya digunakan sebagai ritual dalam agama, yaitu sebagai pemujaan dewa yang akan disembah. Secara demikian, dapat disimpulkan pada zaman Hindhu-Buddha tarian digunakan sebagai ritual keagamaan.

Di masa kerajaan Mataram Kuno, masyarakat Indonesia yang agraris menginginkan perkembangan bentuk-bentuk kesenian. Sehingga di masa pemerintahan Airlangga di Kahuripan, kesenian berkembang sangat pesat, termasuk seni tarinya (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 16). Pertunjukan tari diiringi dengan intrumen musik yang biasanya dimainkan oleh para bangsawan, contohnya pada kerajaan kediri membuat sebuah tarian wayang wang yaitu berupa tari topeng dan menceritakan tentang sebuah cerita Ramayana dan Mahabarata. Tari topeng tidak hanya berakhir di dalam kerajaan saja tetapi tari topeng juga dapat berkembang di luar kerajaan, sebagai contoh Tari Panji yaitu sebagai karya seni yang berasal dari kerajaan Majapahit.

3. Zaman Feudal dan Zaman Islam 

Pada zaman feudal merupakan zaman yang masih memiliki banyak sekali jenis-jenis tarian, karena pada zaman tersebut tarian masih dipersajikan untuk para bangsawan dan Raja-Raja. Seni tari tradisional pada zaman feudal masih memiliki banyak sekali gaya-gaya tari yang berkembang, seperti contohnya pada tari Bedaya dan tari Serimpi. Tari Bedaya dan tari Serimpi merupakan suatu tarian yang berfungsi sebagai tarian hiburan yang ada di kerajaan-kerajaan. Tari Bedaya diciptakan oleh Sultan Agung dari kerajaan Mataran Surakarta, tarian Bedaya tercipta sebab adanya perjanjian Giyanti membuat pecahnya kerajaan Mataram menjadi kerajaan kesultanan Surakarta dan kesultanan Yogyakarta (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 17). Akhirnya tari Bedaya dan tari Serimpi terkena dampak oleh perjanjian Gayatri tersebut dan menjadi kedua tarian memiliki suatu khas yang sendiri-sendiri  di dalam tarian tersebut.

Sementara itu, masyarakat diluar kerajaan juga sedang tumbuh tarian-tarian rakyat yang berupa tari Reog, Jatilan, dan lain-lain yang tumbuh di daerah Jawa. Selain di daerah Jawa, daerah lainnya juga berkembang tentang tarian-tarian, salah satunya yaitu di daerah Aceh yang berkembang tarian Islam yang disebut dengan tari Saman. Tari Saman merupakan tarian yang terkandung unsur agama Islam yang diiringi oleh instrumen berbahasa Arab dan Gayo. Saat pertama kali di pertontonkan pada masyarakat tari Saman di khusus untuk peringatan keagamaan Islam, seperti di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. dan ditarikan oleh para laki-laki dengan satu Syeikh untuk memimpin tarian tersebut. Sekarang tari Saman tidak hanya di pertunjukkan pada peringatan-peringatan keagamaan saja tetapi, juga di tampilkan pada kegiatan-kegiatan besar negara seperti, menyambut kedatangan tokoh besar negara, membuka kegiatan besar negara, dan masih banyak lagi.

4. Zaman Sebelum Kemerdekaan Sampai Kemerdekaan

Pada zaman sebelum kemerdekaan, Indonesia masih dijajah oleh para kolonial yaitu salah satu penjajah Indonesia merupakan negara Belanda. Pada zaman sebelum kemerdekaan negara Belanda menjajah Indonesia dengan awal membeli rempah-rempah dan akhirnya negara Belanda ingin memiliki tanah tersebut. Pada zaman tersebut, kaum bangsawan Indonesia banyak yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sekolah Belanda. Salah satunya anak kaum Bangsawan Indonesia bernama Jodjana, yang mengecap pendidikan studi bisnis di Rotterdam (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 18). Jodjana sebagai anak bangsawan Indonesia yang bersekolah di negara penjajah, Jodjana bergabung dengan komunitas pelajar Indonesia yang ada di negara Belanda pada setiap malam nya diadakan sebuah malam kesenian yang diadakan oleh para pelajar Indonesia.

Hal tersebut diadakan bukan untuk memajukan kesenian Indonesia, namun bertujuan untuk ajang negara Belanda untuk menunjukkan kesenian bangsa jajahanya. Kerajaan di Jawa Tengah, terpecah kembali yang disebabkan oleh kolonial Belanda dari kerajaan Mataram menjadi  dua kerajaan yaitu, kerajaan Surakarta dan kerajaan Yogyakarta. Perpecahan tersebut menyebab sebuah tarian juga terkena dampaknya juga yaitu tarian tersebut menjadi berbeda-beda gaya. Kedua tarian berbeda di bagian gayanya yaitu, pada tarian yang bergaya rimantik yang ada di Surakarta dan pada tarian yang bergaya klasik yang ada di Yogyakarta. Selain di daerah Jawa, di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) juga terdapat tarian yang terpengaruh oleh budaya penjajah , yaitu tari Rudat.

Tari Rudat merupakan tari yang berasal dari suku Sasak, Lombok dan percampuran dari berbagai budaya. Tarian tersebut kemudian meniru kostum dari kolonial Belanda untuk mengambil simpati dari kolonial Belanda untuk mencari kebebas dari penyebaran agama Islam. Sedangkan, pada zaman kemerdekaan tarian di Indonesia lebih berkembang daripada sebelumnya. Tari-tari pada zaman kemerdekaan  memiliki makna semangat perjuangan dari para seniman Indonesia dan semangat juang tersebut tertuang dalam karya-karya tari dari zaman kemerdekaan. Seni tari pada masa kemerdekaan memiliki gerakan-gerakan yang tegas dan seperti halnya prajurit saat berperang melawan kolonial, salah satu contohnya yaitutarian Remo yang memiliki makna yang sedang berperang dengan demikian tarian tersebut menjadi gerakan yang tegas dan berwibawa.

5. Zaman Sekarang 

Pada zaman sekarang, tari-tarian sudah memiliki berbagai macam-macam gaya yang lebih menarik. Pertunjukan seni dan budaya Indonesia di kancah internasional bertujuan untuk menunjukkan eksistensi kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Melalui kegiatan tersebut, tari tradisional Indonesia tumbuh dan berkembang seiring dengan peradaban di dunia  (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 20).  Kreasi-kreasi dari tarian tradisi tersebut menjadi sebuah tarian baru yang dikenalkan kepada masyarakat, seperti tari Merak dan tari Jaipong dari Jawa Barat. Tarian Merak diciptakan oleh Irawati Durban, yang menurut pengalamannya gerakan-gerakan tari Merak merupakan pergabungan dari ragam gerak dari suku Sunda, suku Bali dan digabungkan dari langkah anggun dari ballet lalu dicampur oleh tarian dari Afrika Selatan.

Sementaranya, pada tari Jaipong diciptakan oleh Gugum Gumbira dan Gugum menciptakan dari gerakan salsa, ballroom, dan rock'n roll. Gugum merupakan seorang pemuda yang bertempat tinggal di tengah kota Bandung, Gugum menkreasikan tariannya dari aturan tari klasik menjadi lebih bebas dan inovasi. Akhirnya tarian Jaipong sampai sekarang memiliki perkembangan dari masa ke masa. Zaman sekarang juga sudah banyak sekolah tari-tarian yang membimbing masyaratnya untuk lebih berinovatif dan berkarya dalam mengenal tarian. Seniman-seniman di Indonesia juga sudah banyak tidak seperti zaman dahulu yang sedikit akan seniman, seperti contohnya Didik Nini Thowok yaitu seorang instrumen tari yang memiliki banyak sekali karya-karya yang bagus.

Dampak Seni Tari Tradisional Indonesia di Kalangan Gen-Z

Indonesia memiliki banyak sekali ragam bahasa, suku, ras, agama, seni, dan budaya. Pada era globalisasi atau era sekarang banyak sekali yang punah, seperti seni dan budaya Indonesia yang lambat laun akan punah. Padahal hal tersebut merupakan kekayaan negeri yang tiadak harganya dan sebagai lambang negara tersebut. Oleh karenanya, Gen-Z harus melestarikan kekayaan tersebut dengan peduli akan tarian-tarian yang ada di Indonesia. Pada masa sekarang seni menjadi posisi utama untuk memeberikan kreatifitas dan inovasi seseorang.

Seni juga dapat membentuk karakter seseorang supaya lebih baik dan memiliki norma-norma yang lebih baik lagi. Kesenian Indonesia merupakan suatu hal yang sudah dikenal di manca negara sebagai simbol bagi negara Indonesia, karena kesenian Indonesia tidak hanya di tempel seperti pigora saja tetapi, kesenian Indonesia di hargai akan nilainya, kewujudannya, dan keberadaannya. Salah satu contoh yang memiliki prkembangan sampai sekarang yaitu, seni tari. Seni tari tradisional merupakan sebuah tarian yang dipertunjukkan sebagai perkembangan Gen-Z supaya lebih tertata akan sikap dan perilakunya. Seni tari tradisional memiliki makna yang khas bagi sebuah negara dan memiliki kepentingan didalam sebuah negara tersebut. Seni tari tradisional harus tetap dilestarikan eksistensinya apalagi pada kalangan Gen-Z pada masa sekarang lebih suka budaya asing daripada budaya sendiri, padahal budaya bangsa sendiri lebih penting dilestarikan daripada budaya asing yang secara tidak langsung masuk ke budaya sendiri.

Seni tari tradisional suatu hal yang berdampak positif bagi Gen-Z sendiri daripada hal-hal yang merusak mental dan karakternya. Menurut pasal 6 Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter dilakukan dengan mengoptimalkan tripusat Pendidikan dengan pendidikan karakter berbasis kelas, yaitu dengan pembelajaran tematik yang menggunakan kompetensi abad ke-21, terutama 4C diantaranya kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi (collaboration), kreativitas (creativity) dan komunikasi (communication) serta keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Seni tari tradisional memiliki sebuah makna yang mendalam dari setiap gerakan-gerakan tubuh yang di tuangkan dalam sebuah gerakan tari yang mengandung tradisi kental dari nenek moyang. Kesenian tari disini tidak bertujuan untuk gaya tari sebagai tujuan pembelajaran, akan tetapi sarananya ini bertujuan untuk menampilkan salah satu kebudayaan daerah, selain dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas, serta juga dalam mengekspresikan diri, berkreasi seperti mungkin dan menghargai seni tari itu sendiri (Cici, 2022: 373).

Pembelajaran seni tari juga memiliki hal penting bagi perkembanga Gen-Z yaitu menegenalkan budaya Indonesia supaya lebih paham akan kesenian dan kebudayaan negara sendiri. Iringan lagunya juga memiliki manfaat bagi kalangan Gen-Z, yaitu dapat melestarikan lagu-lagu dari alat musik negara sendiri dan dapat menegenal makna-makana yang terkandung dalam suatu lagu. Dampak positif seni tari tradisional bagi Gen-Z masih banyak lagi, seperti Gen-Z dapat terhibur dari suatu pertunjukan sebuah tarian tersebut dan Gen-Z juga dapat menghibur dengan menggunakan tarian juga. Seni tari tradisional juga sebagai sarana pembelajaran yang menguntungkan bagi Gen-Z karena pembelajaran pada Gen-Z tidak hanya pada teori-teori atau materi-materi tetapi pembelajarannya dapat melalui sebuah gerakan-gerakan tarian yang dapat dicontoh oleh Gen-Z sendiri.

Seni tari tradisional juga berdampak baik bagi agama-agama yang ada di Indonesia, seperti agama yang kental akan tari-tariannya yaitu agama Hindhu dan agama Buddha. Kedua agama tersebut bisa disebut pelopor atau penyebab munculnya seni tari tradisional yang ada di Indonesia. Kebanyakan tari-tarian tradisional Indonesia mengandung unsur-unsur agama Hindhu dan agama Buddha. Sedangkan, pada agama Islam juga mamiliki dampak yang positif bagi masyarakat yaitu ada juga tarian tradisional Indonesia yang masih erat dengan ajaran agama Islam, seperti tari Zapin, tari Saman, dan lain-lain.

Seni tari tradisional Indonesia memiliki satu jalan dengan ajaran yang terkandung dalam aturan-aturan agam Islam, yaitu merubah perilaku, sikap, dan karakter seseorang supaya lebih baik lagi. Agama Islam yang disebarkan diberbagai wilayah, memberi peluang kepada Islam untuk berhubungan dengan kebudayaan dan kesenian bangsa lain yang memuat nilai-nilai tersendiri (Marhaban Aqil, dkk, 2022: 3). Terkadang juga ada kesalahpahaman seni tari tradisional dengan agama Islam, tetapi tarian di atas menunjukkan yaitu sebuah agama bukanlah suatu penghalang bagi keminataan atau kesukaan Gen-Z terhadap budaya negaranya sendiri.

Berdasarkan hasil observasi peneliti ke Universitas Islam Indonesia (UII), diketahui bahwa geliat tari di universitas tersebut cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari aktivitas tari yang rutin dilaksanakan melalui unit kegiatan mahasiswa tari yang bernama Safiara. Kegiatan tari di UII terbagi menjadi dua yaitu, tari kreasi (tari Jawa, Sumatra, dan lain-lain) dan tari Islami (tari Aceh) (Heni, 2020: 12).

Upaya Seni Tari Tradisional Terhadap Ketertarikan Gen-Z

Seni tari perlu dilestarikan keberadaannya karena hal tersebut suatu kekayaan yang tidak ada nilai nya, apalagai seni tari tradisional yaitu simbol negara yang tidak boleh sampai hilang, karena jika seni tari tradisional hilang negara Indonesia akan kehilangan jati diri bangsa yang selama ini dijaga. Pada zaman sekarang banyak Gen-Z yang tidak menyukai seni tari tradisional, Gen-Z lebih menyukai budaya luar diabanding budayanya sendiri yang wajib di lestarikan. Gen-Z merupakan generasi penerus yang wajib mewarisi suatu tradisi dari nenek moyangnya, karena tersebut memiliki makna yang sangat mendalam bagi kehidupan penerusnya. Maka darinya, Gen-Z memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian budaya yang ada di Indonesia, tetapi Gen-Z terlalu teracuni oleh budaya luar yang sudah masuk ke Indonesia. Penyebab hal tersebut karena Gen-Z selalu melihat hal-hal yang ada di luar dan budaya luar meracuni melalui kecanggihan teknologi yang tidak dimiliki oleh Indonesia.

Hal tersebut lah yang menyebabkan Gen-Z tidak tertarik dengan budaya kita, tetapi masih ada upaya yang harus dilakukan untuk mengembalikan kelestarian budaya kita, yaitu pertama dengan mempertontonkan atau mempertunjukkan bagaimana tarian tradisional di Indonesia kepada Gen-Z. Pada hal tersebut supaya Gen-Z lebih mengenal tarian-tarian yang ada di Indonesia dan lebih dekat dengan budaya negara sendiri dibandingkan budaya negara luar. Mempertunjukkan seni tari tradisional kepada Gen-Z juga memiliki manfaat bagi penonton, yaitu seni tari tradisional dapat menjadi penghibur oleh Gen-Z dan dapat menarik ketertarikan Gen-Z kepada seni tari tradisional. Seni tari tradisional perlu dipertunjukkan di acara-acara besar atau acara-acara adat supaya memiliki nilai keunikan di mata Gen-Z dan membuat Gen-Z tertarik kepada seni tari tradisional. Kedua, seni tari dapat dikenal oleh Gen-Z dengan cara menuangkan kedalam pembelajaran Gen-Z supaya lebih mengetahui atau lebih dalam menguasai materi-materi tentang kesenian tari tradisional.

Kegiatan pembelajaran tari pada mata pelajaran seni dan budaya pembelajaran Gen-Z pada prinsipnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dan menampung berbagai macam peluang Gen-Z dalam mengembangkan minat dan bakat yang Gen-Z miliki, bukan untuk mengeksploitasi dan mendoktrin Gen-Z untuk harus bisa menari (Al Fadhil, dkk, 2020: 120). Pada hal tersebut dapat memeperluas pengertahuan Gen-Z terhadap seni tari tradisional dan menyebabkan ketertarikan kepada seni tari tradisional, karena Gen-Z  sudah memiliki pengetahuan yang dalam tentang seni tari tradisioanal. Ketiga, upaya menarik perhatian kepada Gen-Z dengan cara memeberi arahan untuk mencoba tarian tradisional supaya bertumbuhlah ketertarikan seni tari tradisional tesebut. Ketertarikan Gen-Z terhadap suatu hal tidak akan muncul denga cara memberikan materi-materi yang cukup, melainkan dengan cara mempraktekkan langsung tarian tersebut supaya Gen-Z lebih paham akan gerakan-gerakannya. Tujuan dari kegiatan berlatih tari tersebut merupakan untuk mengenalkan Gen-Z kepada budaya lokal sehingga Gen-Z dapat mengenal budaya tersebut sebagai penerus bangsa, selanjutnya juga membantu mengembangkan rasa yakin pada diri sendiri (Cici, 2022: 374). 

Ketiga upaya diatas sudah diperlakukan di sekolah-sekolah Indonesia, tetapi lain halnya dengan dua hal dibawah ini. Upaya yang ke-empat, yaitu dengan cara mensosialisai seni tari tradisional kepada Gen-Z yang sudah teracuni oleh budaya-budaya luar. Upaya tersebut dilakukan supaya kendala apa saja yang terjadi di diri Gen-Z dan untuk lebih mendekatkan diri atau lebih memahami ke Gen-Z apa keluh kesah Gen-Z terhadap seni tari tradisional. Upaya tersebut lebih efektif dalam melaksanakannya karena hal tersebut lebih paham apa yang dirasakan Gen-Z, seperti halnya guru Bimbingan Konseling (BK) terhadap muridnya. Upaya yang ke-empat, yaitu denga cara memeperkenalkan seni tari tradiasional Indonesia kepada dunia supaya para Gen-Z lebih tertarik dalam mengikuti perkembangan seni tari tradisional.

Seni tari tradisional Indonesia perlu disebarluaskan supaya dunia lebih tahu kesenian tari tradisional Indonesia tersebut memiliki kekhasan yang menarik. Pelestarian seni tari tradisional merupakan hal penting untuk dilampau oleh Gen-Z ,karena seni tari tradisional pilar kehidupan Gen-Z yang akan mendatang. Pada melestarikan seni dan budaya daerah, peran siswa tidak hanya sebagai penikmat seni, tapi juga berperan aktif dalam pelestarian dengan menjadi pemain dan belajar tentang filosofi dan makna budaya tersebut (Ana dan Lely, 2022: 21). Seni tari dapat dilestarikan dengan banyak cara, seperti yang diatas tertulis upaya untuk melestarikan seni tari, tetapi banyak orang yang meremehkan pelestarian seni tari tersebut tidak penting.

PENUTUP

Berdasarkan artikel diatas, telah dimuat sebuah penjelasan tentang kesenian tari tradisional di Indonesia dan terdapat juga sebuah cerita perkembangan seni tari tradisional indonesia dari zaman prasejarah sampai zaman sekarang yang sudah tercampur oleh budaya asing. Indonesia pada zaman sekarang memiliki budaya yang sudah tercampur dengan budaya luar. Pada zaman sekarang seni tari tradisional terancam punah  yang disebabkan perkembang era teknologi yang biasanya disebut dengan globalisasi. Meskipun seni tari tradisonal indonesia yang hampir terkikis oleh zaman, seni tari tradisiobal tetap memiliki dampak yang baik bagi Gen-Z sebagai penerus bangsa yang memiliki perilaku dan sikap yang baik.

Dampak positif seni tari tradisional bukan hanya menguntungkan bagi Gen-Z, tetapi juga menguntungkan bagi perekonomia negara dan pariwisata negara. Pelestarian kesenian tari tradisional memiliki banyak sekali upaya yang harus diilakukan, tetapi warga negara yang susah untuk diperintahkan supaya pelestarian kesenian tari tradisional tersebut terwujud dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka darinya, menumbuhkan ketertarikan kepada generasi penerus untuk mengembangkan dan melestarikan kesenian tari tradisional itu sangat penting supaya tidak hilang dimakan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun