Mohon tunggu...
Aries Ibadillah
Aries Ibadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Kelas 1-A Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Seni Tari Tradisional Indonesia terhadap Ketertarikan Gen-Z

31 Desember 2023   06:06 Diperbarui: 31 Desember 2023   06:23 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada zaman sebelum kemerdekaan, Indonesia masih dijajah oleh para kolonial yaitu salah satu penjajah Indonesia merupakan negara Belanda. Pada zaman sebelum kemerdekaan negara Belanda menjajah Indonesia dengan awal membeli rempah-rempah dan akhirnya negara Belanda ingin memiliki tanah tersebut. Pada zaman tersebut, kaum bangsawan Indonesia banyak yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sekolah Belanda. Salah satunya anak kaum Bangsawan Indonesia bernama Jodjana, yang mengecap pendidikan studi bisnis di Rotterdam (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 18). Jodjana sebagai anak bangsawan Indonesia yang bersekolah di negara penjajah, Jodjana bergabung dengan komunitas pelajar Indonesia yang ada di negara Belanda pada setiap malam nya diadakan sebuah malam kesenian yang diadakan oleh para pelajar Indonesia.

Hal tersebut diadakan bukan untuk memajukan kesenian Indonesia, namun bertujuan untuk ajang negara Belanda untuk menunjukkan kesenian bangsa jajahanya. Kerajaan di Jawa Tengah, terpecah kembali yang disebabkan oleh kolonial Belanda dari kerajaan Mataram menjadi  dua kerajaan yaitu, kerajaan Surakarta dan kerajaan Yogyakarta. Perpecahan tersebut menyebab sebuah tarian juga terkena dampaknya juga yaitu tarian tersebut menjadi berbeda-beda gaya. Kedua tarian berbeda di bagian gayanya yaitu, pada tarian yang bergaya rimantik yang ada di Surakarta dan pada tarian yang bergaya klasik yang ada di Yogyakarta. Selain di daerah Jawa, di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) juga terdapat tarian yang terpengaruh oleh budaya penjajah , yaitu tari Rudat.

Tari Rudat merupakan tari yang berasal dari suku Sasak, Lombok dan percampuran dari berbagai budaya. Tarian tersebut kemudian meniru kostum dari kolonial Belanda untuk mengambil simpati dari kolonial Belanda untuk mencari kebebas dari penyebaran agama Islam. Sedangkan, pada zaman kemerdekaan tarian di Indonesia lebih berkembang daripada sebelumnya. Tari-tari pada zaman kemerdekaan  memiliki makna semangat perjuangan dari para seniman Indonesia dan semangat juang tersebut tertuang dalam karya-karya tari dari zaman kemerdekaan. Seni tari pada masa kemerdekaan memiliki gerakan-gerakan yang tegas dan seperti halnya prajurit saat berperang melawan kolonial, salah satu contohnya yaitutarian Remo yang memiliki makna yang sedang berperang dengan demikian tarian tersebut menjadi gerakan yang tegas dan berwibawa.

5. Zaman Sekarang 

Pada zaman sekarang, tari-tarian sudah memiliki berbagai macam-macam gaya yang lebih menarik. Pertunjukan seni dan budaya Indonesia di kancah internasional bertujuan untuk menunjukkan eksistensi kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Melalui kegiatan tersebut, tari tradisional Indonesia tumbuh dan berkembang seiring dengan peradaban di dunia  (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 20).  Kreasi-kreasi dari tarian tradisi tersebut menjadi sebuah tarian baru yang dikenalkan kepada masyarakat, seperti tari Merak dan tari Jaipong dari Jawa Barat. Tarian Merak diciptakan oleh Irawati Durban, yang menurut pengalamannya gerakan-gerakan tari Merak merupakan pergabungan dari ragam gerak dari suku Sunda, suku Bali dan digabungkan dari langkah anggun dari ballet lalu dicampur oleh tarian dari Afrika Selatan.

Sementaranya, pada tari Jaipong diciptakan oleh Gugum Gumbira dan Gugum menciptakan dari gerakan salsa, ballroom, dan rock'n roll. Gugum merupakan seorang pemuda yang bertempat tinggal di tengah kota Bandung, Gugum menkreasikan tariannya dari aturan tari klasik menjadi lebih bebas dan inovasi. Akhirnya tarian Jaipong sampai sekarang memiliki perkembangan dari masa ke masa. Zaman sekarang juga sudah banyak sekolah tari-tarian yang membimbing masyaratnya untuk lebih berinovatif dan berkarya dalam mengenal tarian. Seniman-seniman di Indonesia juga sudah banyak tidak seperti zaman dahulu yang sedikit akan seniman, seperti contohnya Didik Nini Thowok yaitu seorang instrumen tari yang memiliki banyak sekali karya-karya yang bagus.

Dampak Seni Tari Tradisional Indonesia di Kalangan Gen-Z

Indonesia memiliki banyak sekali ragam bahasa, suku, ras, agama, seni, dan budaya. Pada era globalisasi atau era sekarang banyak sekali yang punah, seperti seni dan budaya Indonesia yang lambat laun akan punah. Padahal hal tersebut merupakan kekayaan negeri yang tiadak harganya dan sebagai lambang negara tersebut. Oleh karenanya, Gen-Z harus melestarikan kekayaan tersebut dengan peduli akan tarian-tarian yang ada di Indonesia. Pada masa sekarang seni menjadi posisi utama untuk memeberikan kreatifitas dan inovasi seseorang.

Seni juga dapat membentuk karakter seseorang supaya lebih baik dan memiliki norma-norma yang lebih baik lagi. Kesenian Indonesia merupakan suatu hal yang sudah dikenal di manca negara sebagai simbol bagi negara Indonesia, karena kesenian Indonesia tidak hanya di tempel seperti pigora saja tetapi, kesenian Indonesia di hargai akan nilainya, kewujudannya, dan keberadaannya. Salah satu contoh yang memiliki prkembangan sampai sekarang yaitu, seni tari. Seni tari tradisional merupakan sebuah tarian yang dipertunjukkan sebagai perkembangan Gen-Z supaya lebih tertata akan sikap dan perilakunya. Seni tari tradisional memiliki makna yang khas bagi sebuah negara dan memiliki kepentingan didalam sebuah negara tersebut. Seni tari tradisional harus tetap dilestarikan eksistensinya apalagi pada kalangan Gen-Z pada masa sekarang lebih suka budaya asing daripada budaya sendiri, padahal budaya bangsa sendiri lebih penting dilestarikan daripada budaya asing yang secara tidak langsung masuk ke budaya sendiri.

Seni tari tradisional suatu hal yang berdampak positif bagi Gen-Z sendiri daripada hal-hal yang merusak mental dan karakternya. Menurut pasal 6 Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter dilakukan dengan mengoptimalkan tripusat Pendidikan dengan pendidikan karakter berbasis kelas, yaitu dengan pembelajaran tematik yang menggunakan kompetensi abad ke-21, terutama 4C diantaranya kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi (collaboration), kreativitas (creativity) dan komunikasi (communication) serta keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Seni tari tradisional memiliki sebuah makna yang mendalam dari setiap gerakan-gerakan tubuh yang di tuangkan dalam sebuah gerakan tari yang mengandung tradisi kental dari nenek moyang. Kesenian tari disini tidak bertujuan untuk gaya tari sebagai tujuan pembelajaran, akan tetapi sarananya ini bertujuan untuk menampilkan salah satu kebudayaan daerah, selain dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas, serta juga dalam mengekspresikan diri, berkreasi seperti mungkin dan menghargai seni tari itu sendiri (Cici, 2022: 373).

Pembelajaran seni tari juga memiliki hal penting bagi perkembanga Gen-Z yaitu menegenalkan budaya Indonesia supaya lebih paham akan kesenian dan kebudayaan negara sendiri. Iringan lagunya juga memiliki manfaat bagi kalangan Gen-Z, yaitu dapat melestarikan lagu-lagu dari alat musik negara sendiri dan dapat menegenal makna-makana yang terkandung dalam suatu lagu. Dampak positif seni tari tradisional bagi Gen-Z masih banyak lagi, seperti Gen-Z dapat terhibur dari suatu pertunjukan sebuah tarian tersebut dan Gen-Z juga dapat menghibur dengan menggunakan tarian juga. Seni tari tradisional juga sebagai sarana pembelajaran yang menguntungkan bagi Gen-Z karena pembelajaran pada Gen-Z tidak hanya pada teori-teori atau materi-materi tetapi pembelajarannya dapat melalui sebuah gerakan-gerakan tarian yang dapat dicontoh oleh Gen-Z sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun