Mohon tunggu...
Aries Ibadillah
Aries Ibadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Kelas 1-A Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Seni Tari Tradisional Indonesia terhadap Ketertarikan Gen-Z

31 Desember 2023   06:06 Diperbarui: 31 Desember 2023   06:23 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tarian tersebut akan hadir ketika bersamaan dengan kepentingan masyarakat, lalu tarian akan hilang bersamaan dengan kepentingan masyarakat tersebut yang telah selesai. Namun demikian, keberadaan tari di masa lalu bisa dilacak melalui berbagai unsur pendukungnya yang masih bisa ditemui seperti kostum, instrumen pengiring tari, tempat pementasan, atau upacara ritual yang masih dipraktikkan oleh masyarakat (I Wayan, dkk, 2021: 1). Seni tari tradisional masih memiliki sejarah di Indonesia, walaupun keterbatasan dalam prasejarah di Indonesia sendiri tetapi masih memiliki bukti-bukti berupa suatu ilmu pengetahuan. Prasejarah di Indonesia diklasifikasikan menjadi beberapa hal, seperti berikut:

1. Zaman Prasejarah

Pada zaman prasejarah memiliki bukti-bukti yang terbatas, sehingga sulit untuk dibuktikan karena tidak ada alat rekam sebagai bukti akuratnya. Namun, masih ada beberapa peninggalan prasejarah yang dapat direkam sebagai alat bukti adanya kegiatan seni tari di zaman tersebut. Periode zaman prasejarah berentan antara tahun 2500 SM sampai 100 M, pada zaman tersebut dimulai dari zaman batu dan berakhir pada zama logam. Pada zaman batu tarian cenderung hanya memiliki gerakan-gerakan yang sederhana, yaitu berupa hentakan-hentakan kaki.

Selanjutnya, pada zaman logam tarian dianggap lebih maju daripada zaman batu, karena pada zaman logam tarian sudah mempunyai alat musik yang digunakan untuk mengiringi musik tarian. Pada zaman logam juga memiliki bukti yang akurat berupa gambar penari yang ada di alat musik yang biasanya digunakan sebagai alat ritual yang bersifat magis dan dapat diperlihatkan oleh masyarakat Indonesia zaman sekarang sebagai contoh pada tari Sabet dari Yogyakarta, Jawa Tengah. Tari sabet merupakan suatu ungkapan permohonan hujan yang dilaksanakan dengan cara adu pukul di bagian kaki menggunakan bilah rotan (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 14).

2. Zaman Hindhu-Buddha

Pada zaman Hindhu-Buddha, tarian juga biasanya disebut dengan zaman feundal karena pada zaman tersebut juga bersamaaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan Hindhu-Buddha yang ada di Indonesia. Kerajaan yang pertaman kali masuk yaitu kerajaan bercorak Hindhu, seperti  Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Mataran Kuno di Jawa Tengah, dan masih banyak lagi. Pada zaman Hindhu-Buddha tarian dibuktikan dengan adanya candi-candi dan monumen keagamaan yang ditinggalkan oleh kerajaan-kerajaan zaman Hindhu-Buddha. Gambar corak yang ada pada peninggalan kerajaan memiliki gambar-gambar yang menjadi sejarah bagi tarian alat musik yang ada pada zaman tersebut. Pada zaman Hinddhu-Buddha, tarian biasanya digunakan sebagai ritual dalam agama, yaitu sebagai pemujaan dewa yang akan disembah. Secara demikian, dapat disimpulkan pada zaman Hindhu-Buddha tarian digunakan sebagai ritual keagamaan.

Di masa kerajaan Mataram Kuno, masyarakat Indonesia yang agraris menginginkan perkembangan bentuk-bentuk kesenian. Sehingga di masa pemerintahan Airlangga di Kahuripan, kesenian berkembang sangat pesat, termasuk seni tarinya (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 16). Pertunjukan tari diiringi dengan intrumen musik yang biasanya dimainkan oleh para bangsawan, contohnya pada kerajaan kediri membuat sebuah tarian wayang wang yaitu berupa tari topeng dan menceritakan tentang sebuah cerita Ramayana dan Mahabarata. Tari topeng tidak hanya berakhir di dalam kerajaan saja tetapi tari topeng juga dapat berkembang di luar kerajaan, sebagai contoh Tari Panji yaitu sebagai karya seni yang berasal dari kerajaan Majapahit.

3. Zaman Feudal dan Zaman Islam 

Pada zaman feudal merupakan zaman yang masih memiliki banyak sekali jenis-jenis tarian, karena pada zaman tersebut tarian masih dipersajikan untuk para bangsawan dan Raja-Raja. Seni tari tradisional pada zaman feudal masih memiliki banyak sekali gaya-gaya tari yang berkembang, seperti contohnya pada tari Bedaya dan tari Serimpi. Tari Bedaya dan tari Serimpi merupakan suatu tarian yang berfungsi sebagai tarian hiburan yang ada di kerajaan-kerajaan. Tari Bedaya diciptakan oleh Sultan Agung dari kerajaan Mataran Surakarta, tarian Bedaya tercipta sebab adanya perjanjian Giyanti membuat pecahnya kerajaan Mataram menjadi kerajaan kesultanan Surakarta dan kesultanan Yogyakarta (Non Dwishiera dan Diah, 2021: 17). Akhirnya tari Bedaya dan tari Serimpi terkena dampak oleh perjanjian Gayatri tersebut dan menjadi kedua tarian memiliki suatu khas yang sendiri-sendiri  di dalam tarian tersebut.

Sementara itu, masyarakat diluar kerajaan juga sedang tumbuh tarian-tarian rakyat yang berupa tari Reog, Jatilan, dan lain-lain yang tumbuh di daerah Jawa. Selain di daerah Jawa, daerah lainnya juga berkembang tentang tarian-tarian, salah satunya yaitu di daerah Aceh yang berkembang tarian Islam yang disebut dengan tari Saman. Tari Saman merupakan tarian yang terkandung unsur agama Islam yang diiringi oleh instrumen berbahasa Arab dan Gayo. Saat pertama kali di pertontonkan pada masyarakat tari Saman di khusus untuk peringatan keagamaan Islam, seperti di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. dan ditarikan oleh para laki-laki dengan satu Syeikh untuk memimpin tarian tersebut. Sekarang tari Saman tidak hanya di pertunjukkan pada peringatan-peringatan keagamaan saja tetapi, juga di tampilkan pada kegiatan-kegiatan besar negara seperti, menyambut kedatangan tokoh besar negara, membuka kegiatan besar negara, dan masih banyak lagi.

4. Zaman Sebelum Kemerdekaan Sampai Kemerdekaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun