namun pipinya basah, seperti hujan yang lupa jalan ke tanah.
Laki-laki itu,
menyulut rokok dengan doa,
menghembuskannya ke langit
seolah asap bisa jadi utusan
untuk Tuhan yang jarang turun ke sini.
Di tangannya, ada luka kecil,
di dalamnya, ada negeri besar
yang ia pikul seperti batu di pundaknya.
Di malam yang gelap,
ia kembali berjalan ke arah lampu-lampu redup,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!