“Ya bu, apa yang kita bisa bantu,?” tanya ku.
“OOH ye la, tak kenal dah ngan kite rupe nye, tak apelah, makaseh ye,!” Klik, langsung di tutup.
Karena di kejar janji, aku tak begitu perhatian siapa penelfon tadi.
Ku pacu kendaraanku menemui buyer Ku yang tadi berjanji ketemu di Thamrin City. Mereka orang Saudi, cari gaharu untuk buat oleh-oleh. Setelah bertemu, Ku tunjukan barang dagangan Ku, dan mereka membeli nya, lumayan, lima kilo gaharu kelas “AB”, sudah berpindah tangan.
Tiga puluh juta mengisi kantong Ku hari itu. Alhamdulillah, !
Setelah makan di food city di Thamrin City, Aku pulang ke Apartemen Ku, di bilangan Tanah Abang dekat situ.
Kurebahkan penat seharian sejak pagi tadi, hingga sekarang pukul empat sore.
Tiba –tiba aku ingat telpon tadi. Orang Pontianak, yang sempat telpon sejenak.
Aku coba mengingat kalimat-demi kalimat nya, dan,..!” Ya Allah,!”: Aku ingat kata ,: ” Makaseh Ye,!”
Kata itulah yang dulu terakhir Ku dengar di perkemahan SMA terakhir kami, di atas tongkang kayu, ketika Ku selimutkan jaket Ku kepada nya. Tapi apakah mungkin itu dia? Dari mana dia dapat nomor Ku? Kami tak pernah kontak dan ketemu sudah hampir tiga puluh tahun?
Ku cari rekod nomor panggilan masuk tadi, iseng ku coba telfon kembali.