Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Awas, di Sebelah Anda!

4 Oktober 2020   00:12 Diperbarui: 4 Oktober 2020   13:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Motor air yang kami tumpangi malam itu, baru saja melintasi perairan Kubu. Riak kecil gelombang yang ditinggalkan terlihat indah di pantulan cahaya bulan temaram di langit kelam. 

Bunyi suara mesin berbaur dengan suara jangkrik, burung hantu, serta satwa hutan penghuni kiri kanan sungai yang tengah kami lalui, menghadirkan suasana tersendiri.

Aku menyapukan pandangan ke sekitarnya, malam itu.

Dikejauhan kulihat ada cahaya terang benderang jauh di atas pegunungan. Sayup-sayup terdengar suara seperti keramaian.  Seperti sedang ada hajatan.

"Ooh, rupanya ada penduduk desa lagi buat acara , "fikir ku.

Tak begitu perhatian, aku melanjutkan meneguk kopi yang kubawa tadi. Dari atas kap motor air yang melaju lambat membelah sungai.

Dikejauhan terdengar  suara motor air  yang lain di hadapan kami. Aku tak begitu perhatian, karena, kuanggap hal yang biasa - biasa saja.  

Malam itu, aku bermaksud pergi ke Ketapang, menggunakan jalan sungai , sambil menikmati suasana alam sekitar.

Tadi aku  berangkat sekitar pukul empat sore. Dan perkiraan besok pagi, jam tujuh,  akan tiba di tempat tujuan. 

Sambil melihat ke langit dan sekitar hutan, suara motor air yang datang dari arah berlawanan, tiba - tiba menghilang,

 "Akh, paling singgah di kampung depan sana,"fikir ku.

Selang waktu tak berapa lama, ada riak gelombang kecil, di sungai , yang datang dari arah depan motor yang kami tumpangi. Itu artinya, ada yang melintas diatas air dari depan tadi, tapi tak kelihatan perahu atau motornya, hanya ada riak gelombang, bekas lintasan?

 Bulu kuduk ku mulai merinding. Tengkuk terasa panas. Dadaku deg deg an. Jantungku berpacu lebih cepat. Aku bergidik. 

Tak sampai disitu, ketika aku menoleh kebelakang, terlihat sebuah motor air dengan suara mesin nya, berjarak sekitar lima meter dengan motor kami, berjalan berlawanan arah, semakin menjauh dari motor air yang ku tumpangi. Dari mana datang nya?

Baru saja aku bermaksud beranjak dari atas kap motor itu, ketika aku berpaling, ada orang tua separoh baya, menyapaku. "Mau kemana nak, duduk sini aja, temani bapak ngobrol," katanya.

Orang itu  usia nya sekitar lima puluhan. Mengenakan celana hitam, berbaju putih lengan panjang, dan ber kopiah.  Sepintas, terlihat begitu tenang,  wajah nya bersih dan cerah. Bibir nya di hiasi senyum tipis, dan jemari kanan nya menjepit sebatang rokok yang baru dinyalakan nampak nya.

Dalam hati aku bersyukur, untunglah ada bapak ini, rasa takut ku sedikit berkurang. 

Sempat terlintas di benak ku, dari mana datang nya orang tua ini, tapi kufikir, akh, paling salah satu penumpang yang tadi ada di bawah, dan naik duduk disini.

"Mau kemana nak, " tanya nya
" Ke ketapang pak," jawabku.Bapak mau kemana?' lanjut ku bertanya.
" Saya mau ketempat kerabat di Ketapang" jawab nya, sambil tersenyum.
" Bapak dari Pontianak?' tanya ku lagi
" Saya dari Sukadana, daerah dekat sini, tadi diantar kerabat, ikut naik motor ini," jawab nya.
OOh, " jawab ku lagi. Kami mengobrol berbagai hal, tentang situasi hutan dan lingkungan, masyarakat, dan sebagai nya. Kami mengobrol hangat diatas kap motor malam itu, hingga tanpa terasa, waktu bergeser mendekati tengah malam. 

Hawa dingin mulai menusuk tulang. Angin kencang menyapu wajah ku. Kutarik kedua kaki ku melengkung dan merangkulnya dengan kedua tangan, untuk melawan kedinginan. Ada suasana dan aura yang cukup aneh disekitar tempat itu, yang tidak seperti lazim dan biasanya. Seperti aura supranatural. Mistis dan misterius. 

Motor  berjalan lamban, membelah sungai dengan meninggalkan gema suara di kejauhan.

Tiba- tiba, ABK nya menjenguk kan kepala dari haluan , berseru memanggil ku, :

"Dik, masuk kesini, sudah tengah malam, jangan duduk sendirian diatas, ga ada yang ngawasi, " kata nya.

Aku menolehkan kepala, "Iya pak, sebentar lagi saya turun,!" jawabku. "Ini masih ngobrol sama bapak ini," kata ku lagi.

"Bapak yang mana?" tanya ABK itu, ?'" dari tadi kamu duduk sendiri disitu,!" lanjut nya. Aku membalikkan badan, dan ternyata orang tua tadi memang tidak ada di tempat nya. Ia lenyap begitu saja,!

Cepat kuangkat pantat, setengah berlari, aku turun dan masuk ke kabin dalam, dengan bulu kuduk merinding, dan kaki tangan  terasa dingin. Aku lupa, malam itu malam jumat, karena tadi hari kamis sore aku berangkat.

Di daerah kami ada sebuah kawasan yang di sebut Padang 12.  Ada gunung Radak, di dekat situ.  Hutan lebat dan di tengahnya ada hamparan tanah kosong berpasir putih seperti tepung terigu, tak ada satu  pun pohon tumbuh diatas  lapangan pasir itu.

 Katanya  itu adalah pusat kota mereka.  

Malam -malam tertentu memang sering kelihatan cahaya lampu terang benderang  disertai suara hingar  bingar daerah dekat puncak gunung Radak. Menurut penduduk setempat, padahal daerah itu tidak ada perkampungan dan tidak ada penduduk nya?  

Belum ada orang yang berani  mendekat ke kawasan hutan lebat di kaki gunung Radak, karena pernah ada yang mencoba, tapi tak pernah lagi kembali ke rumah nya, menghilang hingga hari ini.   Benarkah?  Daerah kawasan Wilayah ini masuk kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan cerita turun temurun, dari ayah ke anak, yang sudah berlangsung ratusan tahun lama nya, kata nya,  daerah Padang 12 dihuni oleh sejenis mahluk tak kasat mata. Mereka di kenal dengan sebutan  Orang Kebenaran.  

Ada yang mau coba ketemuan?  Awas! Disebelah anda!
Fiksi Horor, @Arie, 03102020


Koleksi Kotak Mistery Produktion, youtube channel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun