Kini genap 1 tahun sudah aku di tempat ini. Dengan berbagai hasil penelitian yang kubuat bersama tim. Beberapa jenis bibit tanaman unggul sudah diproduksi banyak dan dikirimkan ke kantor-kantor cabang.
Aku mendapat telepon dari kantor pusat perusahaan yang terletak di kota tak jauh dari tanah kelahiranku. Aku diminta datang untuk bekerja di sana. Karena prestasiku di pekerjaanku selama 1 tahun, mereka menilai keberadaanku saat ini lebih dibutuhkan di kantor pusat.
Saat kuceritakan pada mas Gilang, kulihat senyum cerah tanda rasa senang. "Ambil saja Tiara kesempatan itu. Ini mungkin waktunya kita kembali ke rumah. Bunda pasti sangat senang" kata mas Gilang bersemangat. "Kenapa Mas Gilang senang sekali?" Tanyaku heranÂ
"Kalau kamu ambil kesempatan itu, ku juga ikut pindah lagi ke kantor pusat tempat kerjaku. Jadi kita bisa sama-sama terus." Kulihat ada harapan besar di sepasang mata mas Gilang menatapku.
"Aku juga rindu Bunda. Selama 1 tahun tinggal di sini, aku bahkan belum sempat pulang menjenguk Bunda. Sedih sekali aku Mas Gilang" bagi banyak orang tidak pulang selama 1 tahun mungkin hal biasa. Tapi tidak bagiku yang terbiasa selalu bersama Bunda sebelumnya.
Akhirnya aku memutuskan kembali lagi ke kota kelahiranku dan menerima tawaran untuk bekerja di kantor pusat. Demikian juga mas Gilang. Dia pun kembali bekerja di kantor pusat perusahaannya.Â
"Mas Gilang, kenapa mas mau jauh-jauh menyusulku ke luar pulau dan kini kembali lagi bersamaku di kota ini? Kota tempat kelahiran kita?" Tanyaku di suatu sore, saat kami duduk-duduk di teras depan rumah Bunda. Kami berdua sudah sama-sama pindah kerja di kantor pusat, kota kelahiran kami
"Karena aku mau, di mana ada kamu, di situ ada aku" Jawab mas Gilang singkat.
Mas Gilang lagi-lagi sudah membuktikan ketulusan cintanya padaku. Dan tak bisa kupungkiri kebersamaan kami selama setahun di tempat yang jauh dari rumah, berhasil menumbuhkan bibit cintaku padanya. Bukan hanya berhasil mendapatkan bibit tanaman unggulan di sana, aku juga mendapat bibit cintaku tumbuh indah di hatiku pada mas Gilang.Â
Aku rasa mas Gilang tahu itu. Apakah kini saatnya? Membina rasa hati yang sudah tumbuh. Saat mas Gilang bilang " Maukah Tiara menikah denganku?"Â