Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.992 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 1-12-2024 dengan 2.384 highlights, 17 headlines, 112.227 poin, 1.131 followers, dan 1.311 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Mana Ada Kamu, Di Situ Ada Aku

25 Oktober 2019   20:00 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:39 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Photo by Ari
Photo by Ari
Seringkali aku menelepon Bunda. Bunda sangat senang mengetahui ada mas Gilang yang pindah kerja ke dekat tempat kerjaku. Bunda memang sudah sayang sekali pada mas Gilang. Menganggap Mas Gilang seperti anak sendiri. Bahkan sering mengatakan padaku, "Gilang itu calon menantu idaman para Ibu." Aku hanya diam. Aku tahu maksud pembicaraan Bunda. 

Kini genap 1 tahun sudah aku di tempat ini. Dengan berbagai hasil penelitian yang kubuat bersama tim. Beberapa jenis bibit tanaman unggul sudah diproduksi banyak dan dikirimkan ke kantor-kantor cabang.

Aku mendapat telepon dari kantor pusat perusahaan yang terletak di kota tak jauh dari tanah kelahiranku. Aku diminta datang untuk bekerja di sana. Karena prestasiku di pekerjaanku selama 1 tahun, mereka menilai keberadaanku saat ini lebih dibutuhkan di kantor pusat.

Saat kuceritakan pada mas Gilang, kulihat senyum cerah tanda rasa senang. "Ambil saja Tiara kesempatan itu. Ini mungkin waktunya kita kembali ke rumah. Bunda pasti sangat senang" kata mas Gilang bersemangat. "Kenapa Mas Gilang senang sekali?" Tanyaku heran 

"Kalau kamu ambil kesempatan itu, ku juga ikut pindah lagi ke kantor pusat tempat kerjaku. Jadi kita bisa sama-sama terus." Kulihat ada harapan besar di sepasang mata mas Gilang menatapku.

"Aku juga rindu Bunda. Selama 1 tahun tinggal di sini, aku bahkan belum sempat pulang menjenguk Bunda. Sedih sekali aku Mas Gilang" bagi banyak orang tidak pulang selama 1 tahun mungkin hal biasa. Tapi tidak bagiku yang terbiasa selalu bersama Bunda sebelumnya.

Akhirnya aku memutuskan kembali lagi ke kota kelahiranku dan menerima tawaran untuk bekerja di kantor pusat. Demikian juga mas Gilang. Dia pun kembali bekerja di kantor pusat perusahaannya. 

"Mas Gilang, kenapa mas mau jauh-jauh menyusulku ke luar pulau dan kini kembali lagi bersamaku di kota ini? Kota tempat kelahiran kita?" Tanyaku di suatu sore, saat kami duduk-duduk di teras depan rumah Bunda. Kami berdua sudah sama-sama pindah kerja di kantor pusat, kota kelahiran kami

"Karena aku mau, di mana ada kamu, di situ ada aku" Jawab mas Gilang singkat.

Mas Gilang lagi-lagi sudah membuktikan ketulusan cintanya padaku. Dan tak bisa kupungkiri kebersamaan kami selama setahun di tempat yang jauh dari rumah, berhasil menumbuhkan bibit cintaku padanya. Bukan hanya berhasil mendapatkan bibit tanaman unggulan di sana, aku juga mendapat bibit cintaku tumbuh indah di hatiku pada mas Gilang. 

Aku rasa mas Gilang tahu itu. Apakah kini saatnya? Membina rasa hati yang sudah tumbuh. Saat mas Gilang bilang " Maukah Tiara menikah denganku?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun